JAKARTA. Pembangunan pipa gas ruas Cirebon-Semarang oleh PT Rekayasa Industri (Rekind) hingga saat ini belum berjalan. Padahal sudah hampir 11 tahun proyek tersebut diserahkan ke Rekind. Permasalahan tertundanya pembangunan pipa gas Cirebon-Semarang karena belum adanya aloaksi gas dan pembeli gas yang melewati ruas tersebut. Untuk itu, BPH Migas dan Rekind akan melakukan pembicaraan terkait keputusan akhir nasib proyek pipa gas Cirebon-Semarang pada 15 September mendatang. Menanggapi hal ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan bilang pemerintah masih membuka peluang bagi Rekind membangun pipa gas Cirebon Semarang. Namun pemerintah tidak akan memberikan alokasi gas kepada pemilik pipa transmisi. Pemerintah hanya akan memberikan alokasi gas kepada pembeli gas. "Kita bilang ini mau dijual kemana? Siapa yang mau pakai pipa gasnya? PLN yang pakai? Ya biar PLN yang minta alokasi gasnya itu," kata Jonan pada Rabu (19/7). Konsep pemberian alokasi gas kepada pembeli gas ini dilakukan Jonan agar tidak ada lagi monopoli harga gas pipa. Jika alokasi gas diberikan kepada pemilik pipa maka pemilik pipa bisa mengatur harga gas sendiri. Sementara itu pemerintah ingin harga gas pipa bisa lebih kompetitif dibandingkan harga gas LNG. "Dia (PLN-red) cari, sehingga dia nanti bisa begini, kalau orang mau bangun pipa disewakan seperti jalan tol, dia bisa bandingkan, mahal mana, pakai pipa atau pakai LNF. Costnya itu mahal mana, jadi bisa kompetisi,"imbuhnya. Dengan cara tersebut, Jonan berharap harga gas untuk industri maupun harga gas untuk listrik bisa lebih murah. "Intinya itu pipa itu kan midstream ya, itu kan alat distribusi sama dengan kapal LNG. Kita mau ini kompetitif, kita tidak mau ini jadi monopoli yang menyebabkan harga listrik mahal atau gas industrinya mahal seperti di Sumut itu,"jelas Jonan. Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja juga bilang pembangunan pipa gas memang seharusnya terintegrasi dengan pasokan gas. Untuk proyek Cirebon-Semarang, pasokan gas bisa diambil dari proyek-proyek gas di Jawa atau menggunakan LNG. "Alternatifnya kan banyak bisa dari Jawa sendiri, bisa LNG bisa, bikin terminal di Jawa kalau user-nya ada,"ujar Wiratmaja pada Senin (17/7). Wiratmaja berharap pembangunan pipa gas Cirebon-Semarang bisa berjalan karena penting untuk distribusi gas di Pulau Jawa. Untuk itu, dirinya berharap keputusan akhir pembangunan pipa gas Cirebon-Semarang bisa segera diambil oleh BPH Migas dan Rekind. "Kalau bisa lebih cepat lebih baik,"ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pemerintah minta harga gas pipa kompetitif
JAKARTA. Pembangunan pipa gas ruas Cirebon-Semarang oleh PT Rekayasa Industri (Rekind) hingga saat ini belum berjalan. Padahal sudah hampir 11 tahun proyek tersebut diserahkan ke Rekind. Permasalahan tertundanya pembangunan pipa gas Cirebon-Semarang karena belum adanya aloaksi gas dan pembeli gas yang melewati ruas tersebut. Untuk itu, BPH Migas dan Rekind akan melakukan pembicaraan terkait keputusan akhir nasib proyek pipa gas Cirebon-Semarang pada 15 September mendatang. Menanggapi hal ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan bilang pemerintah masih membuka peluang bagi Rekind membangun pipa gas Cirebon Semarang. Namun pemerintah tidak akan memberikan alokasi gas kepada pemilik pipa transmisi. Pemerintah hanya akan memberikan alokasi gas kepada pembeli gas. "Kita bilang ini mau dijual kemana? Siapa yang mau pakai pipa gasnya? PLN yang pakai? Ya biar PLN yang minta alokasi gasnya itu," kata Jonan pada Rabu (19/7). Konsep pemberian alokasi gas kepada pembeli gas ini dilakukan Jonan agar tidak ada lagi monopoli harga gas pipa. Jika alokasi gas diberikan kepada pemilik pipa maka pemilik pipa bisa mengatur harga gas sendiri. Sementara itu pemerintah ingin harga gas pipa bisa lebih kompetitif dibandingkan harga gas LNG. "Dia (PLN-red) cari, sehingga dia nanti bisa begini, kalau orang mau bangun pipa disewakan seperti jalan tol, dia bisa bandingkan, mahal mana, pakai pipa atau pakai LNF. Costnya itu mahal mana, jadi bisa kompetisi,"imbuhnya. Dengan cara tersebut, Jonan berharap harga gas untuk industri maupun harga gas untuk listrik bisa lebih murah. "Intinya itu pipa itu kan midstream ya, itu kan alat distribusi sama dengan kapal LNG. Kita mau ini kompetitif, kita tidak mau ini jadi monopoli yang menyebabkan harga listrik mahal atau gas industrinya mahal seperti di Sumut itu,"jelas Jonan. Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja juga bilang pembangunan pipa gas memang seharusnya terintegrasi dengan pasokan gas. Untuk proyek Cirebon-Semarang, pasokan gas bisa diambil dari proyek-proyek gas di Jawa atau menggunakan LNG. "Alternatifnya kan banyak bisa dari Jawa sendiri, bisa LNG bisa, bikin terminal di Jawa kalau user-nya ada,"ujar Wiratmaja pada Senin (17/7). Wiratmaja berharap pembangunan pipa gas Cirebon-Semarang bisa berjalan karena penting untuk distribusi gas di Pulau Jawa. Untuk itu, dirinya berharap keputusan akhir pembangunan pipa gas Cirebon-Semarang bisa segera diambil oleh BPH Migas dan Rekind. "Kalau bisa lebih cepat lebih baik,"ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News