Pemerintah minta Pemda cegah kekerasan



JAKARTA. Kasus kekerasan yang menimpa rumah ibadah umat Ahmadiyah di Tasikmalaya mengundang kekhawatiran pemerintah. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mempertanyakan peran pemerintah daerah setempat dalam mencegah kekerasan yang terjadi berulang kali tersebut."Jangan ada kekerasan lagi. Kepala daerah harus tanggap juga, kan sudah ada Inpres No. 2  Tahun 2013. Mestinya dipakai aturan inpres itu," ujar Gamawan di Kompleks Istana Negara, Senin (6/5). Menurut Gamawan, kekerasan serupa seharusnya tidak terulang lagi.

Menurutnya, setiap warga negara dijamin haknya untuk beribadah berdasarkan agama yang diyakini. Sikap toleransi harus dikembangka, dan kekerasan harus ditolak keras. Tugas tersebut, bukan hanya tugas pemerintah pusat, tapi juga pemerintah daerah melalui kepala daerah seperti gubernur, dan walikota/bupati dan kepala daerah di bawahnya.Gamawan mengajak pemda mengembangkan dialog untuk mengatasi perbedaan di daerah masing-masing. Komunikasi antara warga dan umat yang berbeda agama di daerah harus terus ditingkatkan. Sebab jika tidak, maka potensi kekerasan terhadap kaum yang berbeda selalu terjadi. "Harus ada sikap responsif dari kepala daerah untuk mengidentifikasi yang bisa melanggar ketentraman dan ketertiban," tegas Gamawan.Seperti diketahui, dua masjid Ahmadiyah di Kecamatan Salawu dan Singaparna, serta puluhan rumah jemaah Ahmadiyah dirusak sekelompok orang pada Minggu (5/5/2013) dini hari. Penyerangan itu terjadi seusai ratusan jemaah Ahmadiyah mengadakan pengajian di Kampung Kutawaringin, Desa Tenjowaringin, Kecamatan Salawu, Sabtu (4/5/2013) sekitar pukul 20.00, dengan penjagaan ketat petugas kepolisian.Seusai pengajian, pada Minggu dini hari sekitar pukul 02.00, kampung tempat dilaksanakan pengajian yang notabene mayoritas jemaah Ahmadiyah, diserang sekelompok orang. Masjid dan sebanyak 20 rumah warga rusak. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.Massa penyerang pun bergeser ke wilayah Singaparna, dan menyerang sebuah masjid Ahmadiyah dengan sebuah rumah di kompleks masjid. Malahan, saat merusak masjid di Singaparna, massa sempat membakar gedung masjid dan isinya. Kondisi masjid rusak berat, seperti kaca masjid seluruhnya pecah, dan mimbar, sejadah dan Al Quran sempat dibakar massa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Amal Ihsan