JAKARTA. Kementerian Perdagangan meminta petani dan penyuling minyak atsiri segera meningkatkan standar mutu produknya. Sebab, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan Diah Maulida bilang, minyak atsiri merupakan salah satu produk yang memiliki potensi ekspor yang terbuka tahun ini. "Prospek bagus untuk minyak atsiri yang berkualitas yang baik," kata Diah, kamis (18/3). Wajar Diah mengomentari masalah mutu. Pasalnya banyak proses pengolahan tanaman atsiri menjadi minyak masih menggunakan peralatan tradisional dan mesin seadanya. Padahal, penggunaan teknologi lama itu yang menurunkan kualitas produk atsiri Indonesia. Sehingga, Kementerian Perdagangan menilai harus ada pemanfaatkan teknologi penyulingan untuk meningkatkan kualiatas atsiri.Menurut Diah, pihaknya bersama instansi lain sedang melakukan sosialisasi untuk peningkatan mutu tersebut dengan cara memberikan peralatan penyulingan kepada penyulingan atsiri di beberapa daerah diantaranya kepada Koperasi Sari Jaya di desa Kisik Krea, Banjar Arum, Kali Bawang Kulon Progo dan juga di kelompok usaha bersama (KUB) di Garut.Dari hasil pemetaan Kementrian Perdagangan, terdapat 14 daerah pengasil minyak Atsiri di Indonesia yaitu, Nanggroe Aceh Darussalam NAD), Sumatera Barat, Sumuatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Riau, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.Daerah yang terbesar memproduksi atsiri itu antara lain; Di NAD terdapat 16 sentra minyak atsiri yang ditanam seluas 2162 hektare (ha) untuk nilam, 11.629 ha untuk pala dan 2.401 ha untuk serei wangi. Di Sumatera Utara terdapat areal seluas 2.162 ha untuk nilam dan 150 ha. Sedangkan di Sumbar terdapat 4.756 ha untuk pala, 3637 ha untuk nilam dan panili dan serei wangi seluas 20 ha.Sedangkan di Sulawesi Utara terdapat 9833 ha untuk tanaman pala dan di Sulawesi Selatan seluas 2.525 ha. Kemudian di Sumatera Selatan setidaknya terdapat 3.219 ha untuk nilam dan di Lampung seluas 601 ha. Sedangkan di pulau Jawa tersebar merata tetapi jenis minyak atsirinya berbeda dari sumatera. Di daerah yang ada di Jawa, jenis minyak atsirinya lebih beragam diantaranya adalah cengkeh, kenanga, adas, terpentin dan juga gambir.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pemerintah Minta Petani Perbaiki Kualitas Atsiri
JAKARTA. Kementerian Perdagangan meminta petani dan penyuling minyak atsiri segera meningkatkan standar mutu produknya. Sebab, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan Diah Maulida bilang, minyak atsiri merupakan salah satu produk yang memiliki potensi ekspor yang terbuka tahun ini. "Prospek bagus untuk minyak atsiri yang berkualitas yang baik," kata Diah, kamis (18/3). Wajar Diah mengomentari masalah mutu. Pasalnya banyak proses pengolahan tanaman atsiri menjadi minyak masih menggunakan peralatan tradisional dan mesin seadanya. Padahal, penggunaan teknologi lama itu yang menurunkan kualitas produk atsiri Indonesia. Sehingga, Kementerian Perdagangan menilai harus ada pemanfaatkan teknologi penyulingan untuk meningkatkan kualiatas atsiri.Menurut Diah, pihaknya bersama instansi lain sedang melakukan sosialisasi untuk peningkatan mutu tersebut dengan cara memberikan peralatan penyulingan kepada penyulingan atsiri di beberapa daerah diantaranya kepada Koperasi Sari Jaya di desa Kisik Krea, Banjar Arum, Kali Bawang Kulon Progo dan juga di kelompok usaha bersama (KUB) di Garut.Dari hasil pemetaan Kementrian Perdagangan, terdapat 14 daerah pengasil minyak Atsiri di Indonesia yaitu, Nanggroe Aceh Darussalam NAD), Sumatera Barat, Sumuatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Riau, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.Daerah yang terbesar memproduksi atsiri itu antara lain; Di NAD terdapat 16 sentra minyak atsiri yang ditanam seluas 2162 hektare (ha) untuk nilam, 11.629 ha untuk pala dan 2.401 ha untuk serei wangi. Di Sumatera Utara terdapat areal seluas 2.162 ha untuk nilam dan 150 ha. Sedangkan di Sumbar terdapat 4.756 ha untuk pala, 3637 ha untuk nilam dan panili dan serei wangi seluas 20 ha.Sedangkan di Sulawesi Utara terdapat 9833 ha untuk tanaman pala dan di Sulawesi Selatan seluas 2.525 ha. Kemudian di Sumatera Selatan setidaknya terdapat 3.219 ha untuk nilam dan di Lampung seluas 601 ha. Sedangkan di pulau Jawa tersebar merata tetapi jenis minyak atsirinya berbeda dari sumatera. Di daerah yang ada di Jawa, jenis minyak atsirinya lebih beragam diantaranya adalah cengkeh, kenanga, adas, terpentin dan juga gambir.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News