JAKARTA. Pemerintah meminta pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla segera dilaksanakan. Sebab, potensi Sarulla sangat besar untuk meningkatkan kapasitas listrik dan mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Kalau Sarulla sudah beroperasi, pemerintah bisa menghemat subisidi listrik hingga Rp 4 triliun per tahun. "Sarulla ini telah disepakati angkanya US$ 6,79 sen per kwh, sangat murah. Ini akan mengemat subsidi listrik Rp 4 triliun per tahun. Bayangkan. Belum lagi PLTP ini mengurangi emisi CO2. Menurut penghitungan, 1 juta ton CO2 pertahun bisa dikurangi," ujar Wakil Presiden Boediono dalam sambutannya saat penandatanganan persetujuan perjanjian jual beli listrik dan kerjasama operasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sarulla di Istana Wakil Presiden, Kamis (11/4).Menurut Wapres, Sarulla bukan hanya pembangkit geothermal terbesar di Indonesia, melainkan juga salah satu kontrak tunggal terbesar di dunia. Pembangunan PLTP Sarulla membutuhkan dana investasi sebesar US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 14 triliun yang berasal dari dana swasta, yang dipimpin oleh Medco Energi dengan konsorsium perusahaan multinasional Itochu, Kyushu dan Ormat. Proyek ini ditargetkan akan selesai pembangunnya pada tahun 2016 dan siap beroperasi. Proyek PLTP Sarulla 330 MW berlokasi di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi Sarulla milik PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), di Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.PLTP Sarulla adalah pembangkit listrik terbesar dalam program Percepatan Pembangunan Pembangkit LIstrik 10.000 Megawatt tahap dua di mana hampir separuhnya (4,952 Megawatt) berasal dari panas bumi. Berbagai simpul yang macet mengenai pembangunan pembangkit geothermal Sarulla, kata Wapres, mulai diurai kabinet pemerintahan saat ini pada pada Desember 2010. Satu persatu hambatan di berbagai tingkatan diurai hingga memerlukan koordinasi berkala langsung dari kantor Wakil Presiden dan Kementerian Perekonomian. “Perlu 27 bulan dari saat itu sampai sekarang. Semoga di masa depan mekanisme penyelesaian masalah bisa diatasi lebih baik,” kata Wapres. Wapres berharap bahwa pembangunan pembangkit geothermal Sarulla bisa menjadi inspirasi bagi proyek-proyek swasta lainnya untuk berbondong-bondong masuk. “Uang APBN kita sendiri tak cukup kalau membangun sendiri. Dengan Sarulla ini, saya berharap investor lain segera masuk. Kami upayakan kontrak yang menguntungkan bagi semua pihak,” terangnya. Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan sangat berbahagia atas kelanjutan proyek pembangunan pembangkit geothermal Sarulla yang telah dirintis sejak 1990. Potensi Sarulla yang sangat besar akan memberi dampak sangat besar bagi penyediaan listrik di wilayah Sumatera. Ia pun meminta kepada konsorsium agar menyegerakan pembangunan. “Sebelum kabinet yang sekarang selesai kalau bisa sudah groundbreaking,” katanya. Seperti disebutkan dalam rilis Kementerian ESDM, energi panas bumi adalah salah satu prioritas nasional di bidang energi, mengingat besarnya potensi Indonesia yang diestimasi mencapai 29 ribu Megawatt. Padahal, saat ini kapasitas terpasang Indonesia baru mencapai 1341Megawat, ketiga terbesar setelah Amerika Serikat dan Filipina. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pemerintah minta PLTP Sarulla segera dibangun
JAKARTA. Pemerintah meminta pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla segera dilaksanakan. Sebab, potensi Sarulla sangat besar untuk meningkatkan kapasitas listrik dan mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Kalau Sarulla sudah beroperasi, pemerintah bisa menghemat subisidi listrik hingga Rp 4 triliun per tahun. "Sarulla ini telah disepakati angkanya US$ 6,79 sen per kwh, sangat murah. Ini akan mengemat subsidi listrik Rp 4 triliun per tahun. Bayangkan. Belum lagi PLTP ini mengurangi emisi CO2. Menurut penghitungan, 1 juta ton CO2 pertahun bisa dikurangi," ujar Wakil Presiden Boediono dalam sambutannya saat penandatanganan persetujuan perjanjian jual beli listrik dan kerjasama operasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sarulla di Istana Wakil Presiden, Kamis (11/4).Menurut Wapres, Sarulla bukan hanya pembangkit geothermal terbesar di Indonesia, melainkan juga salah satu kontrak tunggal terbesar di dunia. Pembangunan PLTP Sarulla membutuhkan dana investasi sebesar US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 14 triliun yang berasal dari dana swasta, yang dipimpin oleh Medco Energi dengan konsorsium perusahaan multinasional Itochu, Kyushu dan Ormat. Proyek ini ditargetkan akan selesai pembangunnya pada tahun 2016 dan siap beroperasi. Proyek PLTP Sarulla 330 MW berlokasi di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi Sarulla milik PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), di Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.PLTP Sarulla adalah pembangkit listrik terbesar dalam program Percepatan Pembangunan Pembangkit LIstrik 10.000 Megawatt tahap dua di mana hampir separuhnya (4,952 Megawatt) berasal dari panas bumi. Berbagai simpul yang macet mengenai pembangunan pembangkit geothermal Sarulla, kata Wapres, mulai diurai kabinet pemerintahan saat ini pada pada Desember 2010. Satu persatu hambatan di berbagai tingkatan diurai hingga memerlukan koordinasi berkala langsung dari kantor Wakil Presiden dan Kementerian Perekonomian. “Perlu 27 bulan dari saat itu sampai sekarang. Semoga di masa depan mekanisme penyelesaian masalah bisa diatasi lebih baik,” kata Wapres. Wapres berharap bahwa pembangunan pembangkit geothermal Sarulla bisa menjadi inspirasi bagi proyek-proyek swasta lainnya untuk berbondong-bondong masuk. “Uang APBN kita sendiri tak cukup kalau membangun sendiri. Dengan Sarulla ini, saya berharap investor lain segera masuk. Kami upayakan kontrak yang menguntungkan bagi semua pihak,” terangnya. Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan sangat berbahagia atas kelanjutan proyek pembangunan pembangkit geothermal Sarulla yang telah dirintis sejak 1990. Potensi Sarulla yang sangat besar akan memberi dampak sangat besar bagi penyediaan listrik di wilayah Sumatera. Ia pun meminta kepada konsorsium agar menyegerakan pembangunan. “Sebelum kabinet yang sekarang selesai kalau bisa sudah groundbreaking,” katanya. Seperti disebutkan dalam rilis Kementerian ESDM, energi panas bumi adalah salah satu prioritas nasional di bidang energi, mengingat besarnya potensi Indonesia yang diestimasi mencapai 29 ribu Megawatt. Padahal, saat ini kapasitas terpasang Indonesia baru mencapai 1341Megawat, ketiga terbesar setelah Amerika Serikat dan Filipina. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News