JAKARTA. Pemerintah mulai mewaspadai ancaman gejolak harga minyak dunia yang sudah di depan mata. Seiring lonjakan harga minyak bumi di pasar dunia, harga minyak mentah Indonesia alias Indonesian Crude Price (ICP) pun turut melambung. Bahkan selama bulan Januari 2011 lalu, rata-rata ICP sudah mendekati US$ 100 per barel. Persisnya US$ 97,11 per barel. Jelas ini lampu kuning buat Pemerintah Indonesia. Sebab, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011, harga minyak cuma dipatok US$ 80 per barel.Bila harga minyak terus melambung, tentu anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) bisa jebol. Menurut hitungan pengamat perminyakan Pri Agung Rakhmanto, setiap ICP naik US$ 1 per barel, maka subsidi BBM bertambah hingga Rp 3,3 triliun. Melihat kondisi ini, menurut Menteri Keuangan Agus Martowardojo, pekan depan pemerintah akan mengkaji dampak kenaikan ICP itu ke anggaran pada pekan depan. "Kami akan me-review hal itu juga potensi ke depan bagaimana kalau seandainya harga minyak itu stabil atau justru semakin naik harganya," ujarnya, Rabu lalu (2/2).Kendati begitu, pemerintah belum mau buru-buru mengubah asumsi harga minyak di APBN 2011. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan, terlampau cepat bila mengubah asumsi harga minyak saat ini. Pemerintah akan melihat dulu perkembangan harga minyak hingga April atau Mei 2011 nanti.Namun menurut pengamat perminyakan, Kurtubi, pemerintah harus segera mengubah asumsi harga minyak di APBN 2011 sesuai dengan harga pasar. Sebab, harga minyak di pasar dunia cenderung di atas asumsi yang hanya sebesar US$ 80 per barel. "Secepatnya harus dilakukan, enggak usah tunggu-tunggu lagi," paparnya.Kurtubi mengatakan, jika eskalasi krisis politik di Mesir sampai melumpuhkan lalu lintas di Terusan Suez, maka harga minyak mentah dunia bakal semakin menggila. Ia memperkirakan hingga kuartal pertama tahun ini, harga minyak dunia bisa melejit menjadi US$ 110 per barel. Untuk mengantisipasi lonjakan harga minyak bumi tersebut, langkah yang harus ditempuh pemerintah tak cukup sebatas pembatasan pemakaian BBM bersubsidi saja. Ia menyarankan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi secara bertahap ketimbang memaksa masyarakat beralih ke BBM non-subsisi seperti Pertamax yang harganya diperkirakan bisa naik menjadi Rp 9.000 - Rp10.000 per liter.Dengan begitu, pemerintah tidak lagi terbebani dengan penambahan anggaran subsidi. Saat ini, imbuh Kurtubi, APBN masih cukup kuat menahan lonjakan harga minyak. Tapi jika harga minyak terus naik, maka anggaran subsidi BBM tentu akan habis juga.Namun menaikkan harga BBM bersubsidi tampaknya belum menjadi pilihan pemerintah saat ini. "Yang jelas pemerintah masih akan menggunakan asumsi utama di APBN," tandas Agus.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pemerintah mulai kaji dampak lonjakan harga minyak terhadap anggaran
JAKARTA. Pemerintah mulai mewaspadai ancaman gejolak harga minyak dunia yang sudah di depan mata. Seiring lonjakan harga minyak bumi di pasar dunia, harga minyak mentah Indonesia alias Indonesian Crude Price (ICP) pun turut melambung. Bahkan selama bulan Januari 2011 lalu, rata-rata ICP sudah mendekati US$ 100 per barel. Persisnya US$ 97,11 per barel. Jelas ini lampu kuning buat Pemerintah Indonesia. Sebab, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011, harga minyak cuma dipatok US$ 80 per barel.Bila harga minyak terus melambung, tentu anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) bisa jebol. Menurut hitungan pengamat perminyakan Pri Agung Rakhmanto, setiap ICP naik US$ 1 per barel, maka subsidi BBM bertambah hingga Rp 3,3 triliun. Melihat kondisi ini, menurut Menteri Keuangan Agus Martowardojo, pekan depan pemerintah akan mengkaji dampak kenaikan ICP itu ke anggaran pada pekan depan. "Kami akan me-review hal itu juga potensi ke depan bagaimana kalau seandainya harga minyak itu stabil atau justru semakin naik harganya," ujarnya, Rabu lalu (2/2).Kendati begitu, pemerintah belum mau buru-buru mengubah asumsi harga minyak di APBN 2011. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan, terlampau cepat bila mengubah asumsi harga minyak saat ini. Pemerintah akan melihat dulu perkembangan harga minyak hingga April atau Mei 2011 nanti.Namun menurut pengamat perminyakan, Kurtubi, pemerintah harus segera mengubah asumsi harga minyak di APBN 2011 sesuai dengan harga pasar. Sebab, harga minyak di pasar dunia cenderung di atas asumsi yang hanya sebesar US$ 80 per barel. "Secepatnya harus dilakukan, enggak usah tunggu-tunggu lagi," paparnya.Kurtubi mengatakan, jika eskalasi krisis politik di Mesir sampai melumpuhkan lalu lintas di Terusan Suez, maka harga minyak mentah dunia bakal semakin menggila. Ia memperkirakan hingga kuartal pertama tahun ini, harga minyak dunia bisa melejit menjadi US$ 110 per barel. Untuk mengantisipasi lonjakan harga minyak bumi tersebut, langkah yang harus ditempuh pemerintah tak cukup sebatas pembatasan pemakaian BBM bersubsidi saja. Ia menyarankan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi secara bertahap ketimbang memaksa masyarakat beralih ke BBM non-subsisi seperti Pertamax yang harganya diperkirakan bisa naik menjadi Rp 9.000 - Rp10.000 per liter.Dengan begitu, pemerintah tidak lagi terbebani dengan penambahan anggaran subsidi. Saat ini, imbuh Kurtubi, APBN masih cukup kuat menahan lonjakan harga minyak. Tapi jika harga minyak terus naik, maka anggaran subsidi BBM tentu akan habis juga.Namun menaikkan harga BBM bersubsidi tampaknya belum menjadi pilihan pemerintah saat ini. "Yang jelas pemerintah masih akan menggunakan asumsi utama di APBN," tandas Agus.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News