JAKARTA. Penurunan harga minyak dunia membuat pemerintah menghitung ulang rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pemerintah kini meragu menaikkan BBM bersubsidi seperti rencana semula yakni Rp 3.000 per liter. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah akan menghitung ulang kenaikan harga BBM bersubsidi. Sebab," Saat ini, harga minyak dunia sudah anjlok di bawah US$ 85 per barel," kata Jusuf Kalla, Rabu (12/11) malam. Kemarin (13/11) harga minyak jenis WTI untuk pengiriman Desember di Nymex turun menjadi US$ 76,18 per barel, terendah di 2014 ini.
Kalla mengatakan, pengumuman kenaikan harga BBM bersubsidi yang tadinya akan diumumkan di awal November tertunda lantaran pemerintah harus menghitung ulang rencana kenaikan itu. Meski pun begitu, Kalla masih enggan memberi kisaran kenaikan harganya. Kini, ,pemerintah kini kembali membuat skenario kenaikan harga. Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago, ada tiga skenario yang saat ini disiapkan pemerintah. "Tapi masih rahasia," tutur Andrinof kepada KONTAN, kemarin. Pemerintah memang harus mempertimbangkan lagi rencana kenaikan BBM. Sebab, saat berencana menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 3.000 per liter menjadi Rp 9.500 per liter, harga keekonomian atau harga pasar premium di kisaran Rp 11.000 per liter. Alhasil, pemerintah masih memberikan subsidi sebesar Rp 1.500 per liter. Kini dengan harga minyak dunia yang turun cukup dalam, harga keekonomian atawa harga tanpa subsidi premium sekitar Rp 8.000-an per liter (lihat Harian KONTAN, 11/11). Hitungan VP Coorporate Communication PT Pertamina Ali Mundakir, dengan harga minyak dunia US$ 80 per barel, harga keekonomian premium Rp 8.600 per liter. Bila pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter menjadi Rp 8.500 per liter, harga premium di pasaran sama saja dengan harga pasar. Dengan kata lain pemerintah benar-benar menghapus subsidi BBM.
Padahal, Mahkamah Konstitusi pada Januari 2012 pernah berfatwa bahwa pemerintah dilarang melepas harga migas ke harga pasar. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistyaningsih menghitung, dengan harga minyak Indonesia (ICP) US$ 90 per barel dan kurs rupiah Rp 11.900 per dollar Amerika Serikat, harga keekonomian premium Rp 8.700 per liter. Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) Agustinus Prasetyantoko berpendapat rencana kenaikan harga BBM bersubsidi Rp 3.000 per liter atau Rp 2.000 per liter bisa membuat harga premium menyamai, bahkan melebihi harga pasar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan