JAKARTA. Pemerintah khawatir neraca perdagangan akan kembali bergerak negatif. Terutama karena peningkatan nilai impor, dan di sisi lain nilai ekspor selalu menurun. Untuk itu Menteri koordinator bidang perekonomian Chairul Tanjung bilang, pemerintah akan mencegah peningkatan impor dan mendorong pertumbuhan ekspor. Salah satu caranya adalah dengan bauran kebijakan yang akan dilakukan baik di sisi moneter, fiskal maupun kebijakan untuk sektor riil atau industri. Di sisi moneter menurut pria yang akrab disapa CT ini menilai sudah cukup, terutama dengan kebijakan ketat yang dilakukan Bank Indonesia (BI). Dengan kebijakan moneter yang ketat diharapkan bisa menekan impor. Sementara di sisi fiskal pemerintah siap memberikan insentive fiskal. Tujuannya, supaya industri lebih terangsang untuk melakukan ekspor. Namun, CT enggan menjelaskan lebih rinci insentif apa yang dia maksud. "Apa yang akan kita berikan ke dunia usaha akan dilihat, tapi akan dilihat dulu bagaimana ekspornya, posisi neraca perdagangan kita supaya surplus," ujar CT, Senin (9/6). Ia juga bilang, kebijakan fiskal sebetulnya bisa diterapkan untuk menekan impor. Misalnya dengan menaikan Pajak Penjualan PPn untuk barang mewah (PPnBM). Tapi hal itu harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat juga, jangan sampai dengan menaikan PPnBM masyarakat dirugikan. CT juga bilang semua itu akan dibuat dalam sebuah bauran kebijakan. Sementara itu ekonom Bank Mandiri Destry damayanti mengatakan, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menekan impor adalah dengan memperketat kebijakan moneternya. Menurut destry, masih ada ruang bagi BI untuk menaikan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,75 pada kuartal III 2014 nanti. Kebijakan moneter ketat dinilai masih perlu dilakukan hingga akhir tahun. Salah satu penyebabnya adalah, masih tingginya impor yang akan terjadi, sehingga neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) di masih berpotensi melebar. Kepala ekonom Bank mandiri Destry Damayanti mengatakan CAD pada kuartal duan diperkirakan akan mencapai US$ 10 miliar atau sekitar 3,9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). CAD terus membengkak sejak kuartal IV 2013 lalu, bahkan pada kuartal I 2014 CAD mencapai US$ 4,2 miliar atau sekitar 2,06%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pemerintah optimalkan bauran kebijakan
JAKARTA. Pemerintah khawatir neraca perdagangan akan kembali bergerak negatif. Terutama karena peningkatan nilai impor, dan di sisi lain nilai ekspor selalu menurun. Untuk itu Menteri koordinator bidang perekonomian Chairul Tanjung bilang, pemerintah akan mencegah peningkatan impor dan mendorong pertumbuhan ekspor. Salah satu caranya adalah dengan bauran kebijakan yang akan dilakukan baik di sisi moneter, fiskal maupun kebijakan untuk sektor riil atau industri. Di sisi moneter menurut pria yang akrab disapa CT ini menilai sudah cukup, terutama dengan kebijakan ketat yang dilakukan Bank Indonesia (BI). Dengan kebijakan moneter yang ketat diharapkan bisa menekan impor. Sementara di sisi fiskal pemerintah siap memberikan insentive fiskal. Tujuannya, supaya industri lebih terangsang untuk melakukan ekspor. Namun, CT enggan menjelaskan lebih rinci insentif apa yang dia maksud. "Apa yang akan kita berikan ke dunia usaha akan dilihat, tapi akan dilihat dulu bagaimana ekspornya, posisi neraca perdagangan kita supaya surplus," ujar CT, Senin (9/6). Ia juga bilang, kebijakan fiskal sebetulnya bisa diterapkan untuk menekan impor. Misalnya dengan menaikan Pajak Penjualan PPn untuk barang mewah (PPnBM). Tapi hal itu harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat juga, jangan sampai dengan menaikan PPnBM masyarakat dirugikan. CT juga bilang semua itu akan dibuat dalam sebuah bauran kebijakan. Sementara itu ekonom Bank Mandiri Destry damayanti mengatakan, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menekan impor adalah dengan memperketat kebijakan moneternya. Menurut destry, masih ada ruang bagi BI untuk menaikan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,75 pada kuartal III 2014 nanti. Kebijakan moneter ketat dinilai masih perlu dilakukan hingga akhir tahun. Salah satu penyebabnya adalah, masih tingginya impor yang akan terjadi, sehingga neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) di masih berpotensi melebar. Kepala ekonom Bank mandiri Destry Damayanti mengatakan CAD pada kuartal duan diperkirakan akan mencapai US$ 10 miliar atau sekitar 3,9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). CAD terus membengkak sejak kuartal IV 2013 lalu, bahkan pada kuartal I 2014 CAD mencapai US$ 4,2 miliar atau sekitar 2,06%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News