KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesuksesan Indonesia dalam Presidensi G20 telah membuat Indonesia mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari dunia Internasional. Presidensi G20 Indonesia juga melahirkan hasil konkret. Diantaranya yakni Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII), pandemic fund, financial intermediary fund, Just Energy Transition Partnership (JET), dan Asia Zero Emmision. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pencapaian ini tidak terlepas dari kepawaian Indonesia memosisikan diri di tengah gejolak geopolitik global.
Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia pada Juni lalu dan diundangnya Ukraina sebagai invitee dalam Forum G20 telah memperlihatkan kemampuan Indonesia untuk menjadi negara penengah dan pada akhirnya KTT G20 Indonesia mampu menghasilkan deklarasi yang dapat diadopsi semua negara anggota. "Negara lain melihat Indonesia menyelesaikan persoalan dengan komunikasi, dengan softpower. Nah, ini dikelola secara baik oleh Bapak Presiden," ujar Airlangga dalam keterangan resminya, Minggu (11/12).
Baca Juga: Perlambatan Ekonomi China Bakal Menyakiti Asia, Bagaimana dengan Indonesia? Momentum Presidensi G20 Indonesia juga mampu memberikan dampak bagi keberlanjutan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional yang pada kuartal ketiga berhasil menembus angka 5,72% (yoy). Pertumbuhan impresif tersebut juga diikuti dengan penurunan inflasi hingga ke titik 5,42% (yoy) pada November 2022. Sementara itu, cadangan devisa yang positif, neraca perdagangan yang telah mengalami surplus selama 30 bulan berturut-turut, dan neraca pembayaran yang positif juga menguatkan sinyalemen ekonomi Indonesia dalam posisi yang sangat baik. Ketergantungan kepada domestic market yang sangat dominan membuat pemerintah juga optimistis terhadap laju pertumbuhan ekonomi ke depan di tengah kondisi ekonomi global yang diprediksi akan diselimuti “awan gelap”. Meskipun terjadi perlambatan, Purchasing Managers’ Index Indonesia masih memperlihatkan kinerja positif dan berada pada level ekspansi 50,3.
Keberlanjutan program restrukturisasi kredit bagi UMKM, bantalan fiskal sebagai sorb absorbent pada sektor energi, harmonisasi seluruh supply chain di sektor pangan, dan antisipasi sektor padat karya untuk mendukung para pekerja menjadi bagian dari berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendukung laju pertumbuhan ekonomi ke depan. "Tentu tahun depan adalah pertaruhan Indonesia, karena kalau kita bisa menangani tantangan yang ada di tahun depan, maka kami berharap bahwa Indonesia bisa lepas landas berikutnya. Karena tantangan kita sudah dua tahun ini kita bisa survive, tinggal tahun depan lagi kita harus bisa bertahan dan pada saat itu tidak banyak juga negara yang bisa take off seperti Indonesia," kata Airlangga.
Baca Juga: Presidensi G20 Turut Mendorong Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat