Pemerintah optimistis iklim investasi masih oke



JAKARTA. Meskipun sebelumnya pemerintah sempat dibayangi oleh ketakutan akan memburuknya iklim investasi di kuartal IV tahun 2012 ini akibat semakin tidak menentunya penyelesaian krisis ekonomi Eropa, namun saat ini ketakutan tersebut kini telah sirna. Mereka mulai yakin bahwa realisasi investasi sampai dengan kuartal IV nanti akan sama baiknya dengan realisasi investasi yang telah berhasil dicapai pada kuartal I dan kuartal II kemarin.

Keyakinan ini kata Chattib Basrie, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) didasarkan pada besarnya prosentase impor barang modal yang mencapai 37%. Dan juga, besarnya prosentase pertumbuhan investasi sampai dengan semester I tahun 2012 ini. Di mana, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Senin (6/8) kemarin diketahui bahwa pertumbuhan investasi kuartal II mencapai 12,3%.

Prosentase pertumbuhan ini paling besar jika dibandingkan dengan prosentase pertumbuhan komponen penyokong pertumbuhan lainnya; konsumsi masyarakat, pengeluaran pemerintah dan juga ekspor yang masing- masing pertumbuhannya hanya mencapai 5%, 7% dan 1,9% saja.


"Dengan melihat kondisi itu, tidak perlu ada yang ditakuti lagi," kata Chattib kepada KONTAN akhir pekan lalu. Chattib menambahkan bahwa angka pertumbuhan sebesar 12,3% tersebut merupakan angka yang sangat tinggi dan belum pernah terjadi dalam sejarah investasi sebelumnya. "Pertumbuhan FDI yang sampai 30% juga tertinggi sepanjang sejarah jadi tidak perlu ditakutkan lagi," kata Chattib.

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas, Armida S Alisjahbana menjelaskan bahwa keyakinan pemerintah akan tetap baiknya investasi sampai dengan kuartal III sampai IV tahun 2012 nanti disebabkan oleh kecenderungan realisasi investasi selama ini yang selalu lebih bagus di kuartal III dan IV.

"Karena investasi sekarang telah melebihi ekspektasi pemerintah yang hanya 11% the whole year, didukung oleh realisasi di kuartal I dan II kemarin yang sudah bagus, saya kira kuartal III dan IV realisasinya akan lebih bagus," kata Armida.

Keyakinan lain kata Armida, juga disebabkan oleh munculnya feonomena penguatan nilai mata uang Jepang terhadap dolar amerika alias Yendaka dalam kurun waktu hampir dua tahun belakangan ini.

Menurutnya fenomena tersebut akan mendorong investor dari Jepang untuk lebih memilih menginvestasikan dana mereka ke luar negeri ketimbang di dalam negeri. "Sebab kalau mereka mau invest di Jepang, ketika mereka mau ekspor barang hasil produksi mereka menjadi tidak kompetitif, karena akan lebih mahal kalau drai sana," kata Armida.

Dengan posisi Jepang yang saat ini menjadi salah satu dari lima investor asing terbesar, Armida yakin fenomena tersebut bisa memberikan keuntungan investasi bagi Indonesia sampai dengan kuartal III dan IV nanti. Apalagi tambahnya, saat ini beberapa perusahaan asal Jepang sudah menyatakan ketertarikan mereka untuk berinvestasi di bidang industri manufaktur di Indonesia.

Azhar Lubis, Deputi Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM mencatat bahwa sampai dengan sejak tahun 2010 sampai dengan semester I 2012 ini realisasi investasi yang dilakukan oleh beberapa perusahaan besar otomotif yang sebagian besarnya berasal dari Jepang memang cukup besar.

Mereka memperluas dan meningkatkan produksi di Indonesia dengan nilai investasi sampai dengan Rp 14 triliun - Rp 15 triliun. Selain itu, dalam kurun waktu yang sama, ada juga 56 perusagaa komponen otomotif asal Jepang yang menanamkan investasinya sampai dengan Rp 19 triliun.

Dengan total investasi sebesar itu kata Azhar, sampai dengan tahun 2014 nanti diperkirakan kapasitas produksi mobil akan bertambah menjadi sekitar 500 ribu unit per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie