KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi cadangan devisa (cadev) akhir Juni 2018 kembali melanjutkan tren penurunan, yaitu mencapai US$ 3,1 miliar menjadi US$ 119,8 miliar. Dengan demikian, total penurunan cadev sejak awal tahun hingga akhir bulan lalu telah mencapai US$ 10 miliar. Walaupun dalam dua bulan belakangan Bank Indonesia (BI) telah menaikkan bunga acuan hingga 100 basis poin (bps) demi menjaga stabilitas kurs rupiah. Nilai tukar rupiah melemah sejak Februari 2018 dan sempat berada dalam tren menguat sampai dengan pertengahan Juni 2018. BI mencatat, rupiah sempat berada di level Rp 13.853 per dollar AS pada 6 Juni 2018 sebagai respon kenaikan bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) akhir Mei lalu.
Namun, pasca libur lebaran, nilai tukar rupiah kembali melanjutkan tren pelemahan. Pada tanggal 28 Juni 2018, rupiah tercatat Rp 14.390 per dollar AS, melemah 3,44% point to point dibandingkan dengan level akhir Mei 2018. Secara year to date hingga saat itu, rupiah telah melemah 5,72%. Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara, nilai tukar rupiah masih akan berfluktuasi hingga akhir tahun di level Rp 14.700-Rp 14.800 per dollar AS. Selama kinerja ekonomi domestik belum ada perbaikan yang signifikan, investor akan menahan untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia. "Cari instrumen yang aman safe haven, beli treasury bond sama dollar AS," katanya kepada KONTAN, Minggu (8/7). Bhima bilang, persoalan devisa negara memang harus melibatkan lintas sektor lantaran menyangkut berbagai hal, eskpor, impor, pariwisata, utang, hingga remitansi tenaga kerja Indonesia. Makanya tak hanya BI, pemerintah pun perlu berupaya mendorong cadev.