Pemerintah Perlu Tingkatkan Serapan Tenaga Kerja dari Investasi yang Masuk



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah perlu terus menggenjot realisasi investasi agar bisa menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja baru. Pasalnya meskipun kontribusi investasi ke tenaga kerja sudah mengalami pertumbuhan yang cukup baik, namun serapannya belum maksimal mengurangi angka pengangguran.

Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi kuartal pada I-2024 mencapai Rp 401,5 triliun. Realisasi investasi ini menyerap 547.419 tenaga kerja baru di Indonesia.

Baca Juga: BKPM: Sebanyak 547.419 Tenaga Kerja Baru Terserap pada Kuartal I-2024


Ekonom dari Center of reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, meski serapan tenaga kerja tersebut terbilang tinggi, namun jika dibandingkan dengan angka pengangguran berdasarkan data terakhir (BPS Agustus 2023) sebesar 7,86 juta, serapan tenaga kerja tersebut hanya mengurangi sekitar 5% hingga 6% terhadap total pengangguran saja.

“Artinya meskipun kontribusi dari realisasi investasi itu pertumbuhannya relatif tinggi, namun secara kontribusi terhadap serapan tenaga kerja dari angka pengangguran saja itu menurut saya masih punya ruang untuk ditingkatkan,” tutur Yusuf kepada Kontan, Rabu (1/5).

Ia menyebut, tingkat pengangguran terbuka (TPT) bisa turun asalkan pemerintah bisa menjaga pertumbuhan ekonomi berada dikisaran 5% an. 

Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai dikisaran 5% an, maka angka pengangguran berpotensi turun dikisaran 5% hingga 5,25%.

Adapun berdasarkan data BPS Agustus 2023, TPT mencapai atau mencapai 5,32%. Angka pengangguran ini turun sebesar 0,54% dibanding Agustus 2022.

Baca Juga: Unit Pendidikan Kemenperin Aktif Jalin Kemitraan Strategis dengan Industri

Meski begitu, proyeksi penurunan TPT tersebut kata Yusuf, banyak disumbang oleh pekerja di sektor informal, sehingga tidak sepenuhnya disumbang oleh realisasi investasi yang mengalami peningkatan, namun juga berasal dari aktivitas perekonomian di sektor informal.

Sehingga aktivitas perekonomian di sektor informal juga bisa didorong agar menjadi salah satu faktor penurunan pengangguran di tahun ini.

“Apalagi di momentum Ramadan kemarin kalau kita perhatikan beberapa sektor informal terutama di perdagangan di pasar-pasar besar terutama itu terlihat ramai, dan ini juga di support dari indeks penjualan riil yang pada bulan Maret itu diproyeksikan tumbuh sekitar 4% secara bulanan,” ungkapnya.

Sebelumnya, Menteri Investasi atau Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan, serapan tenaga kerja sebesar 547.419 orang yang berasal dari realisasi investasi pada kuartal I 2024 merupakan serapan paling tinggi sepanjang sejarah.

“Ini penciptaan lapangan kerja paling tinggi dalam sejarah realisasi investasi,” tutur Bahlil dalam konferensi pers, Senin (29/4).

Baca Juga: Ini Tuntutan Buruh pada May Day 2024

Adapun dari 547.419 tenaga kerja baru tersebut, paling banyak berasal dari investasi Penyertaan Modal Asing (PMA) sebanyak 328.073 tenaga kerja. Realisasi investasi yang berasal dari PMA sebesar Rp 204,4 triliun, tumbuh 15,5% YoY.

Kemudian, sebanyak 219.346 tenaga kerja berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Nilai investasi dari PMDN realisasinya mencapai Rp 197,1 triliun, tumbuh 29,7% YoY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto