JAKARTA. Pemerintah menyiapkan dana Rp 2,5 triliun hingga 2011 untuk merevitalisasi lahan kakao di Sulawesi Selatan yang sebagian besar rusak akibat hama. Selain itu, mulai tahun depan pemerintah juga akan mulai meningkatkan produksi beras dan udang di Sulawesi Hal tersebut disampaikan Menteri Pertanian Anton Apriantono usai rapat tentang peningkatan produksi kakao, beras, dan udang di Sulawesi di Istana Wapres, Selasa (6/8). Rapat tersebut turut dihadiri Menteri Perdagangan Mari Pangestu, Menteri PU Djoko Kirmanto, Menteri DKP Freddy Numberi, Kabulog Mustafa Abubakar, Dirut Bank Mandiri Agus Martowardojo, Dirut BNI Gatot Soewondo, Dirut Bukopin Glenn Glenardi, dan Kepala Badan Ketahanan Fiskal Anggito Abimanyu dan Deputi menko Perekonomian bidang pertanian, perikanan dan peternakan Bayu Krisnamurti Anton menjelaskan, Sulawesi merupakan penyumbang produksi kakao terbesar di Indonesia atau mencapai 63.3 persen. Tapi yang menyedihkan, dari 912.918 hektar lahan kakao ada sebanyak 450 ribu hektar terserang hama. Rinciannya, 70 ribu ha terkena serangan hama berat dan 235 ribu hektar terkena serangan hama sedang, dan 145 hektar terkena serangan ringan Serangan hama ini membuat ekspor kakao menurun tajam dalam 3 tahun terakhir. Pada 2005 volume ekspor kakao 193,4 ribu ton, tahun 2006 turun menjadi 180,6 ribu ton, dan tahun 2007 anjlok menjadi 132,3 ribu ton. "Potensi kehilangan hasilnya sangat besar, mencapai Rp 5,4 triliun pertahun," kata Anton Untuk itu, pemerintah akan melakukan 3 langkah. Pertama, peremajaan lahan kakao. 70 ribu ha yang rusak berat akan dimusnahkan dalam waktu 1 tahun untuk memutus siklus serangan hama. Kedua, untuk lahan kakao yang terkena serangan sedang akan dilakukan rehabilitasi. Ketiga, untuk yang rusak ringan akan dilakukan intensifikasi Anton menjelaskan sebetulnya total biaya untuk revitalisasi kakao mencapai Rp 13,7 triliun, namun pemerintah akan menanggung Rp 2,5 triliun, sementara sisanya dari petani dan swasta. "Untuk tahun depan, akan diusulkan anggaran untuk menjadi Rp 1 triliun," tambah Anton Menurut Bayu, pemerintah akan menggunakan tiga pola mekanisme anggaran. Pertama, anggaran diambil dari APBN, kedua anggaran bersumber dari APBD Sulawesi, dan terakhir menggunakan kredit dari perbankan. "Misalnya untuk kakao memanfaatkan kredit bersubsidi yang dialokasikan untuk revitalisasi perkebunan yang sampai sekarang belum terserap seluruhnya. Tapi angka-angkanya masih dihitung semua," tambah Bayu Selain revitalisasi kebun cokelat, pemerintah juga akan meningkatkan produksi udang di Sulawesi yang menurun dalam beberapa tahun belakangan karena pencemaran air dan serangan penyakit. Pemerintah juga akan mencoba meningkatkan produksi padi di Sulawesi untuk melengkapi produksi padi di Pulau Jawa. "Kita ingin meningkatkan produksi padi di Sulawesi, termasuk di antaranya melakukan rehabilitasi irigasi," papar Bayu. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pemerintah Sediakan Rp 2,5 Triliun untuk Revitalisasi Kakao
JAKARTA. Pemerintah menyiapkan dana Rp 2,5 triliun hingga 2011 untuk merevitalisasi lahan kakao di Sulawesi Selatan yang sebagian besar rusak akibat hama. Selain itu, mulai tahun depan pemerintah juga akan mulai meningkatkan produksi beras dan udang di Sulawesi Hal tersebut disampaikan Menteri Pertanian Anton Apriantono usai rapat tentang peningkatan produksi kakao, beras, dan udang di Sulawesi di Istana Wapres, Selasa (6/8). Rapat tersebut turut dihadiri Menteri Perdagangan Mari Pangestu, Menteri PU Djoko Kirmanto, Menteri DKP Freddy Numberi, Kabulog Mustafa Abubakar, Dirut Bank Mandiri Agus Martowardojo, Dirut BNI Gatot Soewondo, Dirut Bukopin Glenn Glenardi, dan Kepala Badan Ketahanan Fiskal Anggito Abimanyu dan Deputi menko Perekonomian bidang pertanian, perikanan dan peternakan Bayu Krisnamurti Anton menjelaskan, Sulawesi merupakan penyumbang produksi kakao terbesar di Indonesia atau mencapai 63.3 persen. Tapi yang menyedihkan, dari 912.918 hektar lahan kakao ada sebanyak 450 ribu hektar terserang hama. Rinciannya, 70 ribu ha terkena serangan hama berat dan 235 ribu hektar terkena serangan hama sedang, dan 145 hektar terkena serangan ringan Serangan hama ini membuat ekspor kakao menurun tajam dalam 3 tahun terakhir. Pada 2005 volume ekspor kakao 193,4 ribu ton, tahun 2006 turun menjadi 180,6 ribu ton, dan tahun 2007 anjlok menjadi 132,3 ribu ton. "Potensi kehilangan hasilnya sangat besar, mencapai Rp 5,4 triliun pertahun," kata Anton Untuk itu, pemerintah akan melakukan 3 langkah. Pertama, peremajaan lahan kakao. 70 ribu ha yang rusak berat akan dimusnahkan dalam waktu 1 tahun untuk memutus siklus serangan hama. Kedua, untuk lahan kakao yang terkena serangan sedang akan dilakukan rehabilitasi. Ketiga, untuk yang rusak ringan akan dilakukan intensifikasi Anton menjelaskan sebetulnya total biaya untuk revitalisasi kakao mencapai Rp 13,7 triliun, namun pemerintah akan menanggung Rp 2,5 triliun, sementara sisanya dari petani dan swasta. "Untuk tahun depan, akan diusulkan anggaran untuk menjadi Rp 1 triliun," tambah Anton Menurut Bayu, pemerintah akan menggunakan tiga pola mekanisme anggaran. Pertama, anggaran diambil dari APBN, kedua anggaran bersumber dari APBD Sulawesi, dan terakhir menggunakan kredit dari perbankan. "Misalnya untuk kakao memanfaatkan kredit bersubsidi yang dialokasikan untuk revitalisasi perkebunan yang sampai sekarang belum terserap seluruhnya. Tapi angka-angkanya masih dihitung semua," tambah Bayu Selain revitalisasi kebun cokelat, pemerintah juga akan meningkatkan produksi udang di Sulawesi yang menurun dalam beberapa tahun belakangan karena pencemaran air dan serangan penyakit. Pemerintah juga akan mencoba meningkatkan produksi padi di Sulawesi untuk melengkapi produksi padi di Pulau Jawa. "Kita ingin meningkatkan produksi padi di Sulawesi, termasuk di antaranya melakukan rehabilitasi irigasi," papar Bayu. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News