Pemerintah Segara Terbitkan SBR013, Segini Perkiraan Kuponnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan kembali menggelar penawaran Surat Berharga Negara (SBN) ritel seri Savings Bond Ritel seri SBR013. Penjualan SBR013 direncanakan pada 10 Juni hingga 4 Juli 2024.

Head of Investment Specialist Sinarmas Asset Management (Sinarmas AM) Domingus Sinarta menilai, SBR013 menjadi instrumen pilihan yang menarik. Sebab, imbal hasilnya dinilai tetap kompetitif.

"Potensi kupon untuk SBR013 diperkirakan berada di kisaran 6,3% hingga 6,55%," kata dia kepada Kontan.co.id, Senin (3/6).


Terlebih, kupon ini bersifat mengambang dengan batas minimal atawa floating with floor. Sehingga jika suku bunga Bank Indonesia (BI) naik maka kupon SBR013 akan naik juga, tetapi tidak akan turun di bawah batas minimal yang ditentukan.

Baca Juga: Penjualan ST012 Berakhir Hari Ini, Intip Proyeksi SBR013 yang Akan Dirilis Juni

Karenanya, SBR013 menjadi lebih kompetitif dibandingkan dengan bunga deposito bank yang rata-rata sekitar 5,22%. "SBR013 menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dan menarik bagi investor yang mencari alternatif investasi dengan risiko rendah," paparnya.

Dia pun optimistis penjualan SBR013 dapat mencapai Rp 15 triliun hingga Rp 20 triliun. Jumlah ini sejalan dengan target penerbitan SBN ritel 2024 yang mencapai Rp 160 triliun dalam delapan kali penerbitan.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan kupon SBR013 berkisar 6,9%-7,2% untuk tenor dua tahun dan di kisaran 7%-7,3% untuk tenor empat tahun. Perkiraan itu berdasarkan pada kupon SBR di tahun lalu sebesar 6,15% (BI rate + 65bps) untuk tenor dua tahun dan 6,35% (BI rate + 85bps) untuk tenor empat tahun.

"Penerbitan pada tahun lalu dilakukan sebelum BI menaikkan suku bunganya, sehingga, tingkat kupon ini akan menyesuaikan dengan tingkat suku bunga acuan di BI," tegasnya.

Baca Juga: Di Tengah Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga, Instrumen SBN Ritel Tetap Menarik

Namun untuk penyerapan, Josua lebih konservatif. Dia memperkirakan penjualan SBR013 berkisar Rp 10 triliun hingga Rp 15 triliun.

Hal itu sejalan dengan kondisi pasar obligasi domestik yang masih dipenuhi ketidakpastian akibat sentimen dari the Fed. Meskipun seri ini merupakan seri yang non-tradeable, seri SBR masih dipengaruhi oleh sentimen pasar obligasi domestik, sejalan dengan ketidakpastian global yang masih tinggi.

"Saat ini risk-appetite masih belum pulih, yang terefleksi dari permintaan lelang secara umum yang relatif rendah," sebutnya.

Dari sisi pendapatan masyarakat, disposable income berpotensi cenderung turun pada bulan Mei-Juni ini. Tetapi tidak terdapat penurunan yang signifikan pada seri obligasi ritel yang terbit pada periode tersebut. Oleh karenanya, Josua memperkirakan dampak dari musim pembayaran sekolah cenderung terbatas untuk penerbitan SBR ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati