JAKARTA. Untuk menjaga defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014, pemerintah mengaku sengaja mengurangi realisasi penyerapan belanja negara. Apalagi dalam dalam RAPBN Perubahan 2014, pemerintah menaikkan anggaran subsidi energi sebesar Rp 110,03 triliun. Data realisasi APBN hingga April 2014 menunjukkan, realisasi belanja pemerintah pusat hanya mencapai 20,5% atau Rp 256,1 triliun dari pagu Rp 1.249,9 triliun. Dari realisasi itu belanja modal adalah pos belanja yang memiliki realisasi paling minim. Padahal pos belanja ini sangat penting untuk mendorong pembangunan. Realisasi belanja modal pada April 2014 hanya 7% dari pagu belanja modal yang sebesar Rp 184,2 triliun. Bila dibanding realisasi dengan periode yang sama tahun lalu pun, prosentase realisasi empat bulan pertama 2014 ini lebih rendah. Pada 2013 belanja modal mencapai 9,5% atau Rp 17,5 triliun. Sedangkan realisasi belanja pemerintah pusat tahun lalu mencapai 18,7% atau sebesar Rp 215,5 triliun.
Pemerintah sengaja turunkan penyerapan anggaran
JAKARTA. Untuk menjaga defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014, pemerintah mengaku sengaja mengurangi realisasi penyerapan belanja negara. Apalagi dalam dalam RAPBN Perubahan 2014, pemerintah menaikkan anggaran subsidi energi sebesar Rp 110,03 triliun. Data realisasi APBN hingga April 2014 menunjukkan, realisasi belanja pemerintah pusat hanya mencapai 20,5% atau Rp 256,1 triliun dari pagu Rp 1.249,9 triliun. Dari realisasi itu belanja modal adalah pos belanja yang memiliki realisasi paling minim. Padahal pos belanja ini sangat penting untuk mendorong pembangunan. Realisasi belanja modal pada April 2014 hanya 7% dari pagu belanja modal yang sebesar Rp 184,2 triliun. Bila dibanding realisasi dengan periode yang sama tahun lalu pun, prosentase realisasi empat bulan pertama 2014 ini lebih rendah. Pada 2013 belanja modal mencapai 9,5% atau Rp 17,5 triliun. Sedangkan realisasi belanja pemerintah pusat tahun lalu mencapai 18,7% atau sebesar Rp 215,5 triliun.