Pemerintah siapkan insentif penahan repatriasi



JAKARTA. Kementerian Keuangan tengah menyiapkan insentif pajak untuk mendorong ekspansi investasi di dalam negeri. Hal ini sekaligus untuk mengurangi besarnya repatriasi yang selama ini menjadi salah satu faktor penekan transaksi berjalan Indonesia. ”Saya sedang menyiapkan insentif pajak putaran kedua. Saya mau mendorong sisi penawaran agar lebih jalan. Saya sedang mencoba kemungkinan insentif yang berkaitan dengan isu repatriasi,” kata Menteri Keuangan M Chatib Basri di Jakarta, Rabu (30/10/2013).

Saat ini, menurut Chatib, Kementerian Keuangan tengah mengkaji bentuk hukumnya. Adapun skema insentifnya lebih kurang sudah jadi meskipun penyempurnaan terus dilakukan demi menghindari celah. ”Dalam waktu satu bulan selesai. Paling lambat akhir tahun sudah diluncurkan,” kata Chatib.

Selama ini dividen penanaman modal asing dan hasil investasi atau yang biasa disebut repatriasi banyak yang ditransfer ke luar negeri. Ini memberikan tekanan pada neraca jasa dan neraca pendapatan yang akhirnya menekan transaksi berjalan.


Neraca jasa dan neraca pendapatan sudah mengalami defisit setidaknya sejak triwulan I-2011. Bersama dengan menurunnya perdagangan internasional, hal itu akhirnya menyebabkan transaksi berjalan menjadi defisit sejak triwulan IV-2011 sampai saat ini.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), defisit neraca pendapatan triwulan II-2013 mencapai 7,14 miliar dollar AS atau lebih besar daripada defisit triwulan I-2013 senilai 6,044 miliar dollar AS. Defisit membesar antara lain akibat kenaikan repatriasi.

”Investasi asing yang masuk ke sini besar, tetapi profit yang dibawa keluar juga besar. Kami tidak bisa. Jadi, kita harus berpikir agar profit digunakan untuk ekspansi investasi di dalam negeri,” kata Chatib.

Jika investasi meningkat, Chatib melanjutkan, berarti kapasitas produksi juga meningkat. Pada akhirnya, ini juga akan menekan defisit transaksi berjalan dan neraca modal.

Gubernur BI Agus DW Martowardojo menyatakan, defisit transaksi berjalan pada triwulan III-2013 diperkirakan berkisar 3,3-3,5 persen dari produk domestik bruto. ”Tentu angka ini belum final. Namun, itu adalah progres yang baik dibandingkan triwulan II-2013. Kita juga meyakini di tahun 2013 transaksi berjalan pasti di bawah 4 persen,” kata Agus.

Hal yang perlu terus dicermati, kata Agus, adalah impor BBM. Ada kemungkinan impor BBM pada September masih tinggi sehingga neraca perdagangan periode itu bisa kembali defisit. ”Saya belum bisa sampaikan detail. Tapi yang jelas triwulan III lebih baik daripada triwulan II. Sementara defisit triwulan IV lebih kecil daripada defisit triwulan III,” kata Agus.

Defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2013 mencapai 9,8 miliar dollar AS atau 4,4 dari produk domestik bruto (PDB). Besarnya defisit tersebut menyebabkan usaha untuk membalikkannya ke surplus makan waktu lama. Proses ini disebut stabilisasi yang dengan konsekuensi pada moderasi target pertumbuhan ekonomi.

BI memperkirakan, defisit transaksi berjalan masih akan terjadi hingga tahun 2015. Tahun 2014 defisitnya diperkirakan 3 persen. Tahun 2015 turun menjadi 2 persen. (LAS/Kompas cetak)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan