Pemerintah tak khawatir rupiah tembus Rp 13.500



JAKARTA. Pasar merespon sinyal bank sentral AS The Federal Reserve yang mungkin menaikkan bunga Juni mendatang. Rupiah sore ini, Kamis (19/5), ditutup terdepresiasi 1,38% menjadi Rp 13.565 per dollar AS. 

Pelemahan rupiah dikhawatirkan berimbas pada langkah pemerintah menutup defisit anggaran dengan menerbitkan surat berharga negara (SBN), terutama yang dalam bentuk mata uang valuta asing. Dengan tertekannya mata uang Garuda, dihawatirkan mendorong yield atau imbal hasil SBN menjadi lebih tinggi.

Akan tetapi, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (PPR) Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengaku tidak terlalu khawatir. Sebab, penerbitan SBN sudah dilakukan di awal tahun, atau menggunakan strategi front loading.


Jadi, sebagian besar kebutuhan pembiayaan sudah terpenuhi. Kecuali jika terjadi pelebaran defisit anggaran, yang membuat jumlah pembiayaan bertambah.

Terkait ini, Robert mengatakan kondisi pelemahan rupiah belum tentu akan bertahan lama. "Pada saat penerbitan semoga sudah kembali," kata Robert, Kamis (19/5) di Jakarta.

Ada dua alasan Robert merasa aman dari ancaman pelemahan rupiah. Pertama, peluang meningkatnya status rating utang pemerintah menurut lembaga Standard & Poor's (S&P) menjadi investment grade.

Meski belum pasti, tetapi dengan berbagai pencapaian dan manajemen risiko yang dimiliki pemerintah, seharusnya S&P tidak ragu untuk menaikan rating Indonesia. Apalagi, Indonesia memiliki Bilateral Swap Arrangement (BSA) untuk mengantisipasi aksi jual SBN.

Kedua, pemerintah akan mengeluarkan kebijakan pengampunan pajak, alias tax amnesty. Kebijakan ini dipercaya bisa menambah likuiditas yang cukup besar ke pasar keuangan dan surat utang.

Jika ada tambahan likuiditas, maka permintaan akan instrumen investasi tinggi. Dengan begitu maka harga semua instrumen akan meningkat, akibatnya yield akan tertekan.

Kedua hal tadi dipercaya bisa mengopset atau menutupi dampak negatif dari kebijakan The Fed jika benar-benar menaikan Fed fund rate pada Juni mendatang.

Pemerintah Yakin Pembiayaan Aman Hadapi Ancaman The Fed

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia