Pemerintah tambah global bonds di atas 10 tahun



JAKARTA. Pemerintah kembali menerbitkan global bond sebagai upaya menutupi defisit neraca keuangan yang kemungkinan terjadi tahun 2013. Sebelumnya, pada bulan April, Pemerintah sudah mengeluarkan global bond senilai US$ 3 miliar.Pejabat Sementara (Pjs) Direktur jendral Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan, mengatakan obligasi yang dikeluarkan kali ini akan bertenor lebih dari 10 tahun. "Kami sudah mengeluarkan global bond hari ini, tenornya sepuluh tahun lebih sedikit, dan yield yang ditawarkan sebesar 5,45%," ujar Robert, Rabu (10/7) kepada KONTAN.Namun belum bisa dipastikan berapa nilai obligasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah kali ini. Robert beralasan, pihaknya masih menunggu seperti apa respon pasar. Adapun penawaran global bond ini menurutnya merupakan bagian dari road show yang dilakukan Pemerintah.Sementara pada tahun 2013 ini, Pemerintah berencana mengeluarkan global bonds sebanyak 20% dari total surat utang yang akan dikeluarkan. Robert juga tidak menjelaskan apakah di smester kedua ini akan kembali menerbitkan global bond atau tidak.Sebelumnya, Pemerintah berencana akan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) sekitar Rp 140 triliun di semester II. Penerbitan utang baru akan dilakukan dalam tiga skema yaitu global bond, surat berharga syariah negara (sukuk) global dan SBN valas untuk pasar domestik.Ekonom dari Bank Central Asia (BCA), David Sumual mengatakan global bonds yang ditawarkan Pemerintah memang akan cukup menarik. ia beralasan yield yang ditawarkan memang tinggi dibandingkan dengan global bonds yang sebelumnya dikeluarkan, yaitu hanya 3,3%. Selain itu, yield global bond itu juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan treasury yang diterbitkan di Amerika yang hanya di atas 2%.David melihat yield yang tinggi ini sebagai bagian dari strategi untuk menarik minat investor. Sebab, di tengah kebijakan penghentian Quantitative Easing (QE) yang dilakukan oleh Amerika Serikat, maka banyak negara yang menahan dananya.Sementara itu, dari sisi fiskal, dikeluarkannya utang baru ini tidak akan begitu berpengaruh terhadap kesehatan anggaran. Sebab rasio utang pemerintah saat ini menurutnya masih aman. Justru, Pemerintah menurutnya harus mampu meningkatkan penyerapan anggaran lebih baik.David juga mengatakan, global bond ini justru akan membuat fiskal semakin sehat karena akan meningkatkan cadangan devisa. Selama ini, sebagian dana hasil penjualan global bond memang digunakan sebagai cadangan devisa. Apalagi, cadangan devisa Indonesia pada bulan Juni ini mengalami penurunan dibandingkan bulan Mei menjadi US$ 98 miliar. "Nah, bila cadangan devisa membaik, maka nilai tukar rupiah juga terdongkrak," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie