JAKARTA. Pemerintah memutuskan akan menambah impor 6 juta tabung elpiji 3 kg dan menunjuk empat BUMN untuk memproduksi 11 juta tabung sebagai langkah untuk mempercepat program konversi minyak tanah ke elpiji. Hal tersebut dijelaskan oleh Dirjen Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka, Ansari Bukhari usai rapat konversi elpiji di Istana Wapres, Rabu (28/5). Pada kesempatan itu, turut hadir pula Menperin Fahmi Idris, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dan Dirut Pertamina Ari Soemarno.Ansari mengatakan kebutuhan dalam negeri untuk kompor, regulator dan selang sebesar 20 juta unit. Sedangkan untuk tabung, kebutuhannya mencapai 40 juta. Sayangnya, kesiapan industri dalam negeri kurang memadai. Ia menguraikan secara prinsip untuk kompor, regulator dan selang sebenarnya bisa diselesaikan di dalam negeri. Akan tetapi yang masih menjadi masalah adalah untuk pengadaan tabung. Karena, kebutuhan tabung sangat besar mencapai 40 juta tabung. Sementara, kemampuan industri dalam negeri hanya bisa memenuhi 24 juta. "Jadi masih ada 16 juta lagi yang harus dipenuhi. Untuk itu, tadi diputuskan 6 juta impor dan 11 juta akan dikerjakan 4 oleh BUMN," katanya. Keempat BUMN yang ditunjuk membuat tabung tersebut adalah PT Adhikarya, PT Wika, PT Bharata dan PT Bandung Batam Incorporated.Pemerintah menyerahkan sepenuhnya pelaksanaan impor pada PT Pertamina. Yang jelas, sampai Desember 2008, pemerintah menargetkan bisa menyediakan 40 juta tabung. "Terserah Pertamina mau impor darimana, mungkin Cina mungkin Thailand," katanya.
Pemerintah Tambah Impor Tabung Elpiji
JAKARTA. Pemerintah memutuskan akan menambah impor 6 juta tabung elpiji 3 kg dan menunjuk empat BUMN untuk memproduksi 11 juta tabung sebagai langkah untuk mempercepat program konversi minyak tanah ke elpiji. Hal tersebut dijelaskan oleh Dirjen Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka, Ansari Bukhari usai rapat konversi elpiji di Istana Wapres, Rabu (28/5). Pada kesempatan itu, turut hadir pula Menperin Fahmi Idris, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dan Dirut Pertamina Ari Soemarno.Ansari mengatakan kebutuhan dalam negeri untuk kompor, regulator dan selang sebesar 20 juta unit. Sedangkan untuk tabung, kebutuhannya mencapai 40 juta. Sayangnya, kesiapan industri dalam negeri kurang memadai. Ia menguraikan secara prinsip untuk kompor, regulator dan selang sebenarnya bisa diselesaikan di dalam negeri. Akan tetapi yang masih menjadi masalah adalah untuk pengadaan tabung. Karena, kebutuhan tabung sangat besar mencapai 40 juta tabung. Sementara, kemampuan industri dalam negeri hanya bisa memenuhi 24 juta. "Jadi masih ada 16 juta lagi yang harus dipenuhi. Untuk itu, tadi diputuskan 6 juta impor dan 11 juta akan dikerjakan 4 oleh BUMN," katanya. Keempat BUMN yang ditunjuk membuat tabung tersebut adalah PT Adhikarya, PT Wika, PT Bharata dan PT Bandung Batam Incorporated.Pemerintah menyerahkan sepenuhnya pelaksanaan impor pada PT Pertamina. Yang jelas, sampai Desember 2008, pemerintah menargetkan bisa menyediakan 40 juta tabung. "Terserah Pertamina mau impor darimana, mungkin Cina mungkin Thailand," katanya.