Pemerintah targetkan 5.000 pelaku IKM bisa go-digital pada tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemperin) menargetkan 5.000 pelaku usaha Industri Kecil dan Menengah (IKM) binaan dari berbagai sektor dapat go-digital pada tahun 2019. Go-digital yang dimaksud adalah bergabungnya pelaku usaha IKM tersebut ke dalam platform digital berupa marketpalce atau e-commerce.

Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemperin, Eddy Siswanto menjelaskan per Juni 2019 sudah ada sekitar 3.000 IKM yang telah mendaftarkan diri ke berbagai marketplace.

Mendorong pelaku IKM masuk ke sektor digital diakui Eddy bukan perkara mudah. Ia mengatakan tidak semua pelaku IKM dapat menjalankan usaha lewat platform digital secara berkelanjutan. Hal tersebut berkaitan erat dengan konsistensi produksi dan kontrol kualitas produk.


Eddy menjelaskan menjaga kualitas dan standar produk secara konsisten serta kemampuan untuk memproduksi produk massal menjadi masalah yang sangat sering dihadapi pelaku IKM.

“Padahal untuk bisa bersaing di platform digital, mereka butuh dua hal itu. Apalagi soal manajemen mutu, itu penting untuk bisa bersaing di online. Hanya dengan manajemen yang baik, kualitas produk yang dijual bisa berkelanjutan,” terangnya dalam pembukaan The Big Start season 4 di kawasan Senayan belum lama ini.

Karena kendala tersebut, pelaku IKM yang telah menjajaki pasar online kerap kali menutup akunnya dan kembali berjualan secara konvensional.

Eddy memaparkan pihak Kemperin sendiri sudah mendorong pelaku IKM untuk terjun ke platform digital sejak tahun 2017 lewat program e-Smart IKM. Sejak diluncurkannya program tersebut sampai saat ini, lebih dari 8.500 IKM binaan Kemperin yang telah masuk ke berbagai platform e-commerce.

“Sektor usaha yang sudah masuk cukup beragam, ada dari makanan dan minuman, logam, furnitur, kerajinan, fesyen, herbal, kosmetik dan industri kreatif,” katanya.

Total nilai transaksi e-commerce IKM per akhir 2018 telah mencapai Rp 2,37 miliar. Sebanyak 31,87% berasal dari sektor makanan dan minuman. Disusul sektor logam dengan 29,10% dan fesyen sebanyak 25,87%.

“Kebanyakan yang masuk ke digital memang sektor makanan dan minuman. Kami menggandeng sejumlah marketplace seperti Blibli.com, Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Blanja.com, Ralali dan Go-Jek Indonesia agar lebih banyak IKM masuk ke e-commerce,” ungkapnya.

Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga memiliki program serupa untuk mendorong pelaku IKM masuk ke marketplace.

Kepala Sub Direktorat Pengembangan Ekonomi Digital Pariwisata, Transportasi, dan Perdagangan Kominfo, Sumarno mengatakan sudah ada tim khusus yang terjun ke pusat-pusat perdagangan daerah untuk melakukan sosialisasi dan edukasi.

"Tim kita sudah kita latih untuk bisa memberikan penjelasan kepada para pedagang. Apa keuntungannya, susah atau tidak, apa peluang yang didapat kalau masuk ke online," kata Sumarno.

Tahun ini, Sumarno mengatakan, Kominfo memprioritaskan pendampingan kepada pelaku IKM di 50 kota. Setelah para pelaku IKM berhasil menjajaki pasar digital, pendampingan selanjutnya dilakukan bersama dengan Kementerian Koperasi UKM, Kemperin, Kementerian Desa dan Smesco Indonesia.

"Mereka tidak kita lepas begitu saja, akan ada pendampingan dan pembinaan lanjutan agar mereka semakin terampil," pungkas Sumarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi