Pemerintah Targetkan Ekspor Furniture US$ 3 Miliar



JAKARTA. Produk mebel dan kerajinan domestik masih menjadi andalan bagi perekonomian Indonesia. Buktinya, pemerintah menargetkan ekspor produk mebel dan kerajinan pada tahun ini tetap tumbuh dari US$ 2,1 miliar pada 2008 menjadi US$ 2,5 miliar-US$ 3 miliar di tahun ini. Produk kerajinan Indonesia berpeluang tetap masuk ke pasar ekspor karena memiliki kualitas dan desain yang baik.

Selain itu, produsen lokal cukup gigih mempertahankan pasarnya. Berbagai cara mereka lakukan antara lain menggelar pameran, melobi pembeli, hingga mencari pasar alternatif selain Amerika, Eropa dan Jepang. "Melakukan promosi melalui pameran-pameran yang bertaraf internasional baik di dalam negeri seperti IFFINA merupakan suatu langkah yang cukup baik, selain mendorong penggunaan teknologi proses yang lebih efisien dan peningkatan kemampuan teknologi dan memanfaatkan peralatan yang modern,” ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Fahmi Idris pada pembukaan Pameran International Furniture And Craft Fair Indonesia (IFFINA) 2009, Rabu (11/3/2009).

Demikian pula untuk pasar di dalam negeri, industri mebel dan kerajinan tetap memiliki pasar yang baik. Meski begitu, Fahmi mengakui masih ada permasalahan yang menggelayuti industri ini. Akibatnya, perkembangan industri furnitur di dalam negeri masih fluktuatif.


Beberapa permasalahan itu meliputi kontinuitas pasokan bahan baku yang kurang menentu, terbatasnya permodalan, masalah ketenagakerjaan, teknologi, desain hingga kemampuan pemasaran serta persaingan yang semakin ketat di pasaran dalam negeri maupun luar negeri.

Selain itu, ada pula kendala lain terkait asal bahan baku produk kerajinan, yakni kayu. Negara-negara maju seperti Jepang, Amerika dan Eropa menuntut produk mebel dan kerajinan nasional menggunakan bahan baku yang legal alias bukan berasal dari pembalakan. Untuk itu, pemerintah sudah mencarikan solusi dengan cara membuat terminal kayu yang tersebar di seluruh provinsi.

Untuk tahap awal, terminal tersebut akan dibangun di Jawa sebanyak dua unit terminal kayu. Baru kemudian dilanjutkan ke sejumlah daerah seperti Papua, Sulawesi dan Sumatera. “Mudah mudahan pada Oktober, terminal ini sudah terealisasi pembangunannya,” kata Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Depperin Benny Wachjudi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie