Pemerintah tawarkan global bond berbunga tinggi



JAKARTA. Obligasi denominasi dollar Amerika Serikat (AS) atau global bond pemerintah Indonesia ditawarkan dengan yield tinggi. Mengutip data Bloomberg, global bond Indonesia bertenor 10 tahun ditetapkan dengan yield 6,2% dan tenor 30 tahun dengan yield 7,15.

Yield tersebut lebih tinggi ketimbang yield instrumen sejenis di pasar sekunder. Global bond Indonesia seri Indon2023 misalnya, diperdagangkan dengan yield di kisaran 5,76%. sedangkan untuk global bond Indonesia Indon2043 diperdagangkan dengan yield sekitar 6,40%.

Analis NC Securities I Made Adi Saputra mengatakan tingginya yield dipicu oleh nilai tukar rupiah yang terus melemah. Selain itu, kondisi current account dan defisit neraca perdagangan juga ikut mengerek yield global bond.


"Saya melihat pricing yang dilakukan sudah memperhitungkan faktor risiko-risiko tersebut," kata  Made, Jakarta, Selasa (7/1).

Di sisi lain, pemerintah juga membutuhkan pendanaan untuk refinancing global bond senilai US$2,3 miliar. Diantaranya, global bond pemerintah yang akan jatuh tempo di bulan Maret sebesar US$1 miliar dan sebesar US$1,3 miliar di bulan Mei. Akibatnya, pemerintah terpaksa menyerap global bond dengan yield tinggi. 

Direktur Strategi dan Portfolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan Scenaider CH Siahaan enggan berkomentar terkait penetapan yield pada penerbitan global bond. "Yield, tenor, serta nominal tergantung kepada demand di pasar," kata dia.

Kepala Subdit Pengelolaan Portfolio Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan Agung Galih mengatakan pemerintah akan melakukan proses pricing atau penetapan kupon, Selasa (7/1) malam nanti. Instrumen ini akan diterbitkan 15 Januari 2014.

Menurut Agung, size penerbitan akan ditentukan setelah mempertimbangkan permintaan yang masuk saat book building. Sedangkan acuan atau benchmark penerbitan global bond oleh pemerintah mencapai US$2 miliar hingga US$ 3 miliar.

Global bond ini mendapat peringkat BBB- dari lembaga pemeringkat Fitch Ratings. Peringkat tersebut disematkan dengan mempertimbangkan sejumlah faktor pendorong seperti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dibandingkan negara-negara dalam satu peers serta defisit fiskal yang tetap dibawah kontrol.

Selain itu, pemerintah juga dianggap telah berhasil mengurangi dampak negatif penurunan neraca berjalan dan isu pengurangan stimulus bank sentral AS,The Fed. 

Tahun ini, pemerintah memasang target penerbitan surat berharga negara (SBN) dalam valuta asing (valas)  mencapai 17% atau Rp 60,85 triliun dari total target gross penerbitan SBN yang sebesar Rp 357,96 triliun. 

Selain global bond dalam denominasi dollar AS, pemerintah juga berencana menerbitkan SBN valas dalam mata uang yen dan euro. Nilai tersebut juga akan dialokasikan untuk penerbitan suku dana haji Indonesia (SDHI) valas dan surat utang negara (SUN) valas domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan