KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menawarkan Sukuk Tabungan Seri ST011T2 (tenor 2 tahun) dan Green Sukuk Ritel – Sukuk Tabungan Seri ST011T4 (tenor 4 tahun) kepada investor individu mulai hari ini, Senin 6 November 2023 sampai dengan 6 Desember 2023. ST011T2 ditawarkan dengan imbalan 6,30% per tahun, sementara ST011T4 6,50% per tahun. Kuponnya bersifat mengambang dengan imbalan/kupon minimal alias floating with floor dengan tingkat imbalan acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate. Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi menilai, prospek penawaran ST011 tetap lebih baik dari deposito syariah karena mempunyai tingkat imbalan yang lebih menarik.
Baca Juga: Pemerintah Tawarkan ST011 dalam 2 Tenor Mulai Senin (6/11), Simak Tingkat Imbalannya ST011 juga bisa menjadi pilihan diversifikasi risiko dari reksadana berbasis syariah. Apalagi, momentum penawaran ST011 dilakukan saat nilai tukar rupiah mulai menguat dan tekanan jual di pasar obligasi semakin berkurang. "Hal ini menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk mendapatkan penawaran yang lebih tinggi dan sangat mungkin menembus kuota ST010 yang sebesar Rp 15 triliun," tutur Lionel saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (6/11). Lionel pun melihat, imbal hasil yang ditawarkan ST011 cukup memadai. Apalagi, tidak semua investor retail individu memiliki akses ke produk pendapatan tetap lainnya yang terhitung sebagai partai besar, seperti Surat Berharga Negara (SBN) versi FR maupun PBS. Seri FR dan PBS memiliki rata-rata minimum pembelian sebesar Rp 100 juta atau lebih. Minimum pembelian ini biasanya ditetapkan oleh pihak broker, baik sekuritas maupun bank. Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian juga berpendapat, penawaran ST011 sangat mungkin untuk mencapai kuota ST010 yang sebesar Rp 15 triliun. Apalagi, sentimen untuk pasar obligasi saat ini sedang bagus-bagusnya. Pertama, yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) tenor 10 tahun melandai hingga ke level 4,5% akibat komentar dovish Gubernur The Fed pekan lalu.
Baca Juga: Pemerintah Lelang Enam Seri Sukuk Pada Selasa (7/11), Target Indikatif Rp 9 Triliun Kedua, pemerintah AS berencana untuk tidak terlalu agresif dalam menerbitkan surat utang di kuartal IV-2023. Ketiga, rilis data tenaga kerja AS melandai dan tingkat pengangguran naik.
"Hal ini membuat pelaku pasar yakin bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuannya di sisa tahun ini," ucap Fajar. Fajar memprediksi, tenor yang akan banyak diburu adalah tenor menengah dan panjang, sedangkan investor akan cenderung wait and see dan berhati-hati pada tenor pendek. Tenor menengah dan panjang dinilai lebih aman di tengah sejumlah sentimen yang membayangi pasar obligasi. Sebut saja tren kenaikan inflasi terutama dari sisi pangan dalam jangka pendek. Potensi kenaikan inflasi ini akibat efek El-Nino, pelemahan nilai tukar rupiah, serta kenaikan harga minyak akibat perang di Timur Tengah yang masih berlangsung. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi