KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meluncurkan formula Harga Batubara Acuan (HBA) baru. Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No 41.K/MB/01/MEM.B/2023 tentang Pedoman Penetapan Harga Patokan untuk Penjualan Komoditas Batubara. Pada formula sebelumnya, HBA diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Global Coal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6.322 kcal per kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%. Sementara formula HBA yang baru memakai rata-rata harga jual batubara dua bulan sebelumnya dengan persentase yang berbeda, yaitu 70% pada bulan sebelumnya, dan 30% dua bulan sebelumnya.
Baca Juga: Usai Pecah Rekor, Kinerja Bukit Asam (PTBA) Diproyeksi Melandai di Tahun 2023 Perubahan formula HBA ini mendapat sambutan positif dari pengusaha. Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) Arsal Ismail menyatakan, formula harga batubara acuan yang baru dinilai lebih realistis dibandingkan sebelumnya. Menurut Arsal, formula HBA sebelumnya tidak mencerminkan realisasi di lapangan, dimana produk batubara kalori tinggi dalam negeri tidak begitu banyak. Menurut dia, rumusan formula HBA yang lama lebih condong mengikuti harga batubara dengan nilai kalori tinggi hasil produksi luar negeri, sehingga tidak relevan dengan kondisi pasar batubara Indonesia yang memproduksi batubara kalori rendah. Dengan formula HBA yang baru, Arsal berharap dapat memberikan dampak positif bagi Bukit Asam. “Kami mendukung dan berterima kasih kepada pemerintah karena tidak hanya membantu kami, tetapi juga keseluruh pemilik Izin Usaha Pertambangan (IUP),” ujar Arsal.
Baca Juga: Ada Formula Baru Harga Acuan Batubara, Begini Tanggapan Bukit Asam (PTBA) Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai, formula HBA baru ini menjadi kebijakan yang positif bagi para emiten. Salah satu perbedaan yang paling utama adalah adanya Penerimaan Negara Bukan Pajak yang dibayarkan. Sebab, HBA yang selama ini diterapkan memiliki gap yang cukup lebar dibanding dengan harga jual rata-rata alias
average selling price (ASP) emiten. Sehingga menurut Felix, penerapan HBA baru ini akan berdampak positif untuk semua emiten batubara. “Namun dari situ HBA baru akan lebih menguntungkan emiten yang punya porsi penjualan ekspor lebih besar,” kata Felix kepada Kontan.co.id, Jumat (12/3). Emiten yang dimaksud Felix seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG). Senada, tim riset CGS CIMB Sekuritas menilai, perubahan formula HBA ini positif bagi perusahaan batubara, terutama bagi ADRO dan ITMG. Ini karena formula baru tersebut memasukkan harga batubara aktual yang dijual di Indonesia dan tidak memasukkan harga acuan Newcastle.
Baca Juga: Ada Formula Baru Harga Batubara Acuan, Bukit Asam (PTBA): Lebih Realistis Sebelumnya, masuknya harga Newcastle mengakibatkan ketidaksesuaian dengan harga realisasi penjualan, yang sebagian besar mengikuti harga Indonesia Coal Index (ICI). Sehingga, emiten harus membayar biaya royalti tambahan sebesar 2% sampai 3% dari pendapatannya karena ketidaksesuaian tolok ukur ini. Secara umum, kebijakan ini memang menguntungkan hampir semua penambang batubara, secara khusus seperti ADRO dan ITMG. Namun, PTBA dinilai tidak akan terlalu terpengaruh karena persentase penjualan batubara ke pasar domestik yang cukup tinggi. “Sementara itu kami memperkirakan skema HBA baru ini tidak akan berdampak pada PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (
ADMR), mengingat tolok ukur tersebut masih mengacu pada harga batubara termal,” tulis tim riset CGS CIMB Sekuritas, Jumat (10/3). Seperti yang diketahui, mayoritas produksi batubara ADMR adalah jenis batubara kokas. Analis Shinhan Sekuritas Indonesia Anissa Septiwijaya menyematkan rating netral untuk sektor pertambangan batubara di tengah melemahnya proyeksi harga batubara global. Namun, Anissa tetap meyakini bahwa kinerja produsen batubara tetap positif.
Baca Juga: Indeks Saham 30 Emiten Lemas Dipicu Lesunya Harga Komoditas Di sektor ini, saham ADRO menjadi pilihan dengan rekomendasi beli dan target harga Rp 4.000 per saham. Rekomendasi ini menimbang terutama karena diversifikasi bisnis ADRO, ditambah dengan neracanya yang solid untuk mendukung pertumbuhan di masa depan di tengah prospek sektor batubara dalam jangka panjang yang cukup suram.
Menurut Anissa, penurunan harga batubara secara bertahap dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, naiknya pasokan batubara dari China dan India. Kedua, jatuhnya harga gas Eropa ke level sebelum perang Ukraina. Ketiga, berakhirnya musim dingin. Namun, Anissa melihat harga batubara akan bertahan di kisaran US$ 200 per ton, didukung oleh naiknya permintaan dari China menyusul dibukanya kembali kegiatan ekonomi dan peningkatan kebutuhan energi di musim panas. Sementara itu, Felix menyematkan rating
hold untuk saham ITMG dengan target harga Rp 40.000 per sahamdan
buy saham ADRO dengan target harga Rp 3.800 per saham. Felix melihat terdapat potensi penurunan kinerja emiten tambang batubara tahun ini, karena adanya penurunan harga batubara global yang berpengaruh pada penurunan harga jual rata-rata. Ramalan Felix, harga batubara di 2023 ini akan relatif moderat, berada di kisaran US$ 200 sampai US$ 250 per ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati