Pemerintah terbitkan global sukuk US$ 2,5 miliar



JAKARTA. Pemerintah akhirnya menerbitkan global sukuk senilai US$ 2,5 miliar guna menutupi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 yang ditetapkan sebesar 2,15% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) Robert Pakpahan mengatakan, penjualan surat berharga syariah negara (SBSN) tersebut dilakukan pemerintah pada pukul 01.00 dini hari tadi.

Dari penjualan tersebut pemerintah menetapkan target indikatif sebesar US$ 2 miliar yang terdiri dari dua tenor, yaitu global sukuk bertenor lima tahun dan 10 tahun.


Menurut Robert, penawaran yang masuk dari penjualan global sukuk bertenor lima tahun mencapai US$ 2,6 miliar. Sedangkan penawaran yang masuk dari penjualan global sukuk bertenor 10 tahun mencapai US$ 5,9 miliar.

Dengan demikian, tarif target indikatif US$ 2 miliar, terdapat kelebihan penawaran hingga US$ 8,6 miliar. Adapun yield untuk global sukuk bertenor lima tahun ditetapkan sebesar 3,4% dan yield untuk global sukuk bertenor 10 tahun sebesar 4,55%.

"Karena incoming book order cukup tinggi kita perbesar jadi US$ 2,5 miliar," kata Robert, di Jakarta, Selasa (22/3).

Robert juga bilang, global sukuk bertenor lima tahun, 42% diantaranya dikuasai oleh investor asal Timur Tengah dan negara-negara Islam di Asia. Sementara investor tebesar kedua berasal dari Asia yang tidak termasuk Singapura, Hong Kong, dan Korea. Untuk investor Indonesia menguasai 10% dari total yang diterbitkan. Sisanya, yaitu investor Eropa dan Amerika.

Sedangkan untuk global sukuk bertenor 10 tahun, 28% diantaranya dikuasai oleh investor Timur Tengah dan negara-negara Islam di Asia. Sementara sisanya diminati oleh investor Asia.

Penerbitan global sukuk tahun ini menjadi penerbitan global sukuk oleh pemerintah sepanjang sejarah. Tahun lalu, pemerintah hanya menerbitkan global sukuk sebesar US$ 2 miliar dan hanya bertenor 10 tahun dengan yield 4,32%.

Robert mengaku, kelebihan penawaran tersebut menujukkan ketertarikan investor asing terhadap obligasi pemerintah masih tinggi. Sementara itu, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, dua jenis tenor dari global sukuk yang diterbitkan tahun ini dilakukan karena menyesuaikan ketertarikan dari investor asing.

Sebelumnya, pemerintah juga telah menerbitkan global bond sebesar US$ 3,5 miliar yang dilakukan lebih awal, yaitu pada akhiw tahun lalu untuk pembiayaan tahun ini (prefunding). Dengan diterbitkannya global sukuk tersebut, berarti pemerintah telah menerbitkan surat berharga negara (SBN) berdenominasi valuta asing (valas) sebesar US$ 6 miliar.

Tahun ini sendiri, pemerintah menginginkan penerbitan SBN valas sebesar 24% dari total gross penerbitan SBN sebesar Rp 542,3 triliun atau Rp 130,15 triliun. Namun target tersebut lebih rendah dibandingkan target awal penerbitan SBN valas tahun ini mencapai 30%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia