KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia baru saja menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dalam denominasi dolar Amerika Serikat (AS) atau Sukuk Global senilai US$ 2,75 miliar. Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi (KLI) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Deni Surjantoro mengonfirmasi penerbitan sukuk global tersebut. Deni menyebut, penerbitan tersebut bertujuan untuk
prefunding atau pendanaan awal kebutuhan anggaran pada 2025.
"Benar ada penerbitan US$ 2,75 miliar. Untuk seri yang diterbitkan masih menunggu regulasi pasar modalnya," ujar Deni kepada Kontan.co.id, Selasa (19/11).
Baca Juga: Sri Mulyani Pertimbangkan Strategi Prefunding untuk Penuhi Anggaran di 2025 Menanggapi hal tersebut, Staf Bidang Ekonomi, Industri dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto mengatakan bahwa penerbitan sukuk ini untuk memenuhi kebutuhan belanja negara pada awal tahun 2025. Dirinya melihat nilai penerbitan Sukuk Global tersebut relatif cukup untuk menutupi pengeluaran rutin pemerintah. Myrdal memperkirakan dengan belanja negara 2025 yang diproyeksikan sekitar Rp 3.600 triliun atau Rp 300 triliun per bulan, penerbitan Sukuk Global ini akan cukup untuk membiayai kebutuhan pemerintah pada awal tahun, termasuk pembayaran gaji pegawai, transfer daerah, dan subsidi. "Kalau kebutuhan Januari dan Februari itu untuk tahun depan itu Rp 600 triliun, ya seharusnya masih cukup sih, kalaupun ada kurang-kurang ya pemerintah bisa melakukan penerbitan surat utang domestik, entah itu lelang Surat Utang Negara (SUN) atau juga menerbitkan obligasi retail," kata Myrdal.
Baca Juga: Utang Luar Negeri Pemerintah Bengkak 8,4% pada kuartal III 2024 Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa akan mempertimbangkan strategi
prefunding untuk tahun anggaran 2025. Langkah ini dilakukan untuk menjaga stabilitas APBN dan memastikan kesiapan instrumen utang, baik di dalam maupun luar negeri. Ia menjelaskan, pemerintah sedang mempertimbangkan berbagai opsi prefunding, termasuk jenis mata uang yang akan digunakan serta instrumen yang sesuai, seperti sukuk atau Surat Berharga Negara (SBN). "Kita sedang membuat dan menjajaki apakah kita akan melakukan prefunding 2025, di mana dalam bentuk currency apa, instrumennya sukuk atau SBN? Itu kita lakukan seluruh informasi yang didapatkan dari market," ujar Sri Mulyani dalam Rapat bersama Komisi XI DPR RI, Kamis (14/11).
Baca Juga: Sri Mulyani Pertimbangkan Strategi Prefunding untuk Penuhi Anggaran di 2025 Di sisi lain, pemerintah juga melakukan evaluasi biaya yang dibutuhkan jika memilih untuk mengeluarkan instrumen utang di pasar internasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli