Pemerintah terlalu percaya diri melelang sukuk



JAKARTA. Pemerintah kembali menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara berbasis proyek (Project Based Sukuk).

Ada lima seri yang akan ditawarkan dalam lelang yang rencananya akan dilakukan pada 23 Juli mendatang. Dua diantaranya merupakan seri anyar, yaitu SPN-S 24012014 bertenor pendek enam bulan dan akan jatuh tempo 24 Januari 2014.

Instrumen ini menggunakan aset dasar bangunan milik negara (BMN) berupa tanah dan bangunan. Seri baru lainnya yaitu, PBS001Q, bertenor dua tahun dan jatuh tempo 15 Juli 2015.


Berbeda dengan seri sukuk pada umumnya, instrumen ini melakukan periode pembayaran imbalan secara kuartal. Sedangkan lainnya menggunakan metode pembayaran imbalan semi tahunan atau semi annually.

Adapun sisanya, merupakan tiga seri lawas, antara lain PBS001 bertenor lima tahun yang akan jatuh tempo pada 15 Februari 2018. Instrumen ini ditawarkan dengan imbalan 4,45%. Lalu seri PBS004 dengan imbalan 6,1% dan akan jatuh tempo 15 Februari 2037 serta seri PBS005 yang ditawarkan dengan imbalan 6,7% dan akan jatuh tempo pada 15 April 2043.

Dalam lelang kali ini, pemerintah menargetkan bisa menggenggam dana Rp 1,5 triliun. Target tersebut dinilai oleh analis terlalu besar. Seperti yang disampaikan oleh Josua Pardede, ekonom Bank Internasional Indonesia (BII).

Menurut Josua, target raihan dana lelang sukuk itu akan sulit dicapai pemerintah. Sebab, lelang sukuk ini masih kurang likuid dibandingkan Surat Utang Negara (SUN). "Harapannya tentu target indikatifnya bisa tercapai. Tapi saya rasa hasil lelangnya akan jauh di bawah target indikatif, karena minat investor membeli sukuk tidak sebagus SUN," ujar Josua di Jakarta, Kamis (18/7).

Selain itu, kata Josua, yield yang diminta pada lelang sukuk kali ini juga akan tinggi. Bahkan, permintaan yield berpotensi naik terbatas. Namun begitu, menurut Josua, kondisi saat ini sebetulnya merupakan kesempatan bagi investor domestik untuk masuk ke pasar obligasi sukuk.

Sebab, saat ini investor asing belum masuk, sehingga hal itu merupakan momentum yang baik. "Sebagian besar pasar obligasi pemerintah diserap oleh asing. Tentu ketergantungan terhadap dana asing tidak baik. Karena itu, ini merupakan momen yang bagus pagi domestik untuk masuk ke market," kata Josua.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri