KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus mendorong realisasi penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) di tengah pemulihan ekonomi nasional. Tak hanya menyalurkan saja, lembaga penyalur KUR juga harus mampu mengendalikan kualitas kredit berbunga rendah tersebut. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyatakan realisasi KUR telah mencapai Rp 136,88 triliun sejak awal tahun hingga 23 Mei 2022. Kredit berbunga rendah ini sudah diberikan kepada 2,99 juta debitur. Realisasi tersebut sudah mencapai 36,68% dari target penyaluran KUR tahun ini yang mencapai Rp 373,17 triliun.
Baca Juga: Subsidi Bunga KUR Melejit, Akses UMKM Masih Sulit “Total outstanding KUR sejak Agustus 2015 hingga 23 Mei 2022 mencapai Rp 469 triliun yang diberikan kepada 34,88 juta debitur dengan rasio kredit bermasalah atau
non performing loan (NPL) sebesar 0,81%,” paparnya kepada Kontan.co.id pada Rabu (25/5). Ia merinci penyaluran kur di sepanjang 2022 berdasarkan jenis penggunaannya. Sebanyak 1,77% atau Rp 2,42 triliun disalurkan dalam bentuk KUR super mikro kepada 276.126 debitur. Sedangkan KUR mikro menjadi penopang kinerja KUR yang mencapai Rp 93,18 triliun atau 68,07% dari total penyaluran KUR. Penyaluran KUR mikro ini telah dinikmati oleh 2,53 juta debitur. Lalu sebanyak Rp 41,28 triliun atau 30,16% diberikan kepada 171.927 debitur usaha kecil (KUR Kecil). Juga terdapat Rp 6,60 miliar KUR PMI yang diberikan kepada 273 debitur. Sekretaris Perusahaan Bank BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan sepanjang Januari hingga April 2022 BRI berhasil menyalurkan KUR senilai Rp 88,98 triliun. Nilai itu setara dengan 34,23% dari target yang diberikan oleh pemerintah pada 2022 sebesar Rp 260 triliun. “Mayoritas penyaluran KUR BRI disalurkan di sektor produksi, dengan proporsi mencapai 57,15%. Strategi penyaluran KUR BRI di tahun 2022 akan tetap pada
selective growth yang selaras dengan strategi penyaluran kredit BRI secara umum,” ujarnya kepada Kontan.co.id. Lanjutnya, BRI akan memanfaatkan
hyperlocal ecosystem dengan fokus pada ekosistem desa, pasar kelompok usaha dan komoditas tertentu. Selain itu BRI juga terus melakukan pemberdayaan melalui digitalisasi, yakni dengan platform PARI, Localoka dan pasar.id.
Baca Juga: Meski Anggaran Naik, Ekonom: Program KUR Belum Berkontribusi pada Ekonomi Nasional Untuk menjaga kualitas KUR yang disalurkan, BRI menerapkan strategi
selective growth. Selain itu BRI juga membuat sektor sektor prioritas dalam penyaluran KUR, seperti perdagangan dan pertanian. BRI juga terus memperkuat penggunaan
data analytic untuk memperkuat proses
credit underwriting serta meningkatkan
success rate restrukturisasi. “Hal tersebut berdampak positif terhadap kualitas KUR yang disalurkan, dimana hingga April 2022 NPL KUR BRI tercatat 1,44%. Optimalisasi penyaluran KUR terus dilakukan BRI dari aspek pemerataan. Menurut survei internal BRI, terjadi kenaikan rata-rata rumah tangga penerima KUR. ” jelasnya. Pada 2019, rata-rata penerima KUR adalah 6 penerima dari 100 rumah tangga. Angka itu meningkat menjadi delapan penerima KUR dari 100 rumah tangga pada 2020. Pada 2021 menjadi 11 dan tahun 2022 ini BRI berkomitmen untuk tahun ini dari 100 rumah tangga 13 akan menerima KUR. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .