KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Insentif bagi kendaraan listrik agaknya masih belum cukup. Terbaru, pemerintah sedang mempertimbangkan untuk memberikan tambahan insentif bagi produk mobil hybrid di Tanah Air. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, pihaknya sedang menggodok insentif tambahan untuk mobil hybrid. Ini mengingat mobil hybrid juga termasuk kendaraan berteknologi elektrifikasi, ditambah lagi cukup banyak merek yang meramaikan pasar mobil hybrid di Indonesia. Meski tidak disebut rinci, Agus bilang, program insentif mobil hybrid akan berbeda dengan insentif mobil listrik atau battery electric vehicle (BEV). Sebab, pemerintah akan menggunakan penurunan emisi karbon sebagai basis pengenaan insentif.
“Basisnya (insentif) itu penurunan karbon. Begitu karbonnya turun, insentifnya akan diterima,” kata dia ketika ditemui usai seremonial pembukaan GIIAS 2023, Kamis (10/8).
Baca Juga: Hyundai Resmi Perkenalkan Mobil Listrik IONIQ 5 Indonesian Batik di GIIAS 2023 Agus juga belum memastikan kapan tepatnya kebijakan insentif mobil hybrid tersebut akan resmi diberlakukan. Dalam pemberitaan sebelumnya, pemerintah sudah pernah memberikan insentif PPnBM untuk mobil hybrid sebesar 6% melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2021. Sementara itu, Wakil Presiden Direktur Toyota Indonesia Motor Manufacturing (TMMIN) Bob Azam menilai, insentif tambahan untuk mobil hybrid patut diberikan secepatnya kepada para produsen mobil hybrid nasional. Insentif ini diperlukan untuk meningkatkan penetrasi elektrifikasi di Indonesia, sehingga kelak menjadi pemimpin kendaraan berbasis elektrifikasi di Asia Tenggara. “Tahun lalu penetrasi elektrifikasi di Indonesia 2%, sedangkan tahun ini sudah 6%. Tapi, Indonesia masih kalah dengan Thailand yang penetrasi elektrifikasinya sudah 14%,” ungkap dia ketika ditemui di Booth Toyota di GIIAS 2023, Kamis (10/8). Menurut Bob, walau baru 6%, sebenarnya laju penetrasi elektrifikasi di Indonesia terbilang cepat. Hal ini didukung oleh maraknya pabrikan yang memasarkan mobil hybrid di dalam negeri. Mobil hybrid pun dipandang menjadi pilihan alternatif sebagian konsumen lantaran mesinnya efisien, ramah lingkungan, dan harganya relatif masih lebih terjangkau dibandingkan BEV. Namun, tetap saja tidak mudah bagi para produsen untuk mengembangkan mobil hybrid. Sebagaimana BEV, masih banyak komponen mobil hybrid yang belum sepenuhnya dapat diproduksi di dalam negeri. Misalnya, baterai, electronic control unit (ECU), motor penggerak, dan lain-lain. “Kalau mobil konvensional sekarang sudah lebih banyak negara yang bisa memproduksinya. Tapi begitu masuk ke elektrifikasi, jumlah negara produsennya lebih sedikit,” terang Bob. Maka itu, keberadaan insentif diharapkan akan memacu percepatan lokalisasi mobil hybrid, sehingga meningkatkan daya saing Indonesia di pasar otomotif global.
Sebagai informasi, Toyota memiliki sejumlah line up mobil hybrid seperti Camry HEV, Corolla Cross HEV, Corolla Altis HEV, Kijang Innova Zenix HEV, Yaris Cross HEV, dan model terbaru Alphard HEV. Khusus Kijang Innova Zenix dan Yaris Cross versi hybrid, Toyota memproduksinya secara langsung di Indonesia. Sebagai informasi, penjualan mobil hybrid wholesales (pabrik ke dealer) nasional tercatat sebanyak 17.305 unit pada semester I-2023 atau melesat 1.293% year on year (yoy).
Baca Juga: Kia Pasarkan Mobil Listrik SUV Kia EV9 di Indonesia, Harganya Rp 1,97 Miliar Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat