JAKARTA. Kementerian BUMN memilih menangguhkan rencana penawaran publik perdana Initial Public Offering (IPO) sejumlah perusahaan milik pemerintah. Deputi Menteri BUMN Bidang Privatisasi dan Restrukturisasi Pandu Djajanto mengungkapkan perusahaan jangan terlalu gampang untuk menerbitkan IPO. “Jika perusahaan hanya ingin mencari dana Rp 300 miliar hingga Rp 600 miliar saja bisa dengan menerbitkan surat utang atau obligasi, jadi masih ada banyak solusi sebelum mengeluarkan IPO,” jelas Pandu. Kementerian BUMN rupanya lebih memilih opsi penerbitan obligasi sebagai sumber pendanaan perusahaan. “Kami mengupayakan agar saham pemerintah bertahan seperti saat ini, dan tidak berkurang hanya karena ingin mencari dana yang tidak terlalu besar, sekitar Rp 300 miliar-Rp 600 miliar,” ucapnya, Selasa (28/12). Menurut Pandu, BUMN bisa melaksanakan IPO jika dana yang dicari memang masuk kategori besar dan memungkinkan kepemilikan pemerintah terdilusi. Untuk opsi ini, Kementerian BUMN kembali mengkaji sejumlah perusahaan yang mungkin bisa IPO. Beberapa perusahaan yang direncanakan akan diprivatisasi melalui IPO di antaranya PT Jasindo (Persero), PT Semen Baturaja (Persero), PT Industri Telekomunikasi, serta PT Hutama Karya (Persero). Di luar itu, BUMN yang sudah dapat dipastikan akan IPO adalah PT Garuda Indonesia (Persero).
Pemerintah tunda IPO sejumlah BUMN
JAKARTA. Kementerian BUMN memilih menangguhkan rencana penawaran publik perdana Initial Public Offering (IPO) sejumlah perusahaan milik pemerintah. Deputi Menteri BUMN Bidang Privatisasi dan Restrukturisasi Pandu Djajanto mengungkapkan perusahaan jangan terlalu gampang untuk menerbitkan IPO. “Jika perusahaan hanya ingin mencari dana Rp 300 miliar hingga Rp 600 miliar saja bisa dengan menerbitkan surat utang atau obligasi, jadi masih ada banyak solusi sebelum mengeluarkan IPO,” jelas Pandu. Kementerian BUMN rupanya lebih memilih opsi penerbitan obligasi sebagai sumber pendanaan perusahaan. “Kami mengupayakan agar saham pemerintah bertahan seperti saat ini, dan tidak berkurang hanya karena ingin mencari dana yang tidak terlalu besar, sekitar Rp 300 miliar-Rp 600 miliar,” ucapnya, Selasa (28/12). Menurut Pandu, BUMN bisa melaksanakan IPO jika dana yang dicari memang masuk kategori besar dan memungkinkan kepemilikan pemerintah terdilusi. Untuk opsi ini, Kementerian BUMN kembali mengkaji sejumlah perusahaan yang mungkin bisa IPO. Beberapa perusahaan yang direncanakan akan diprivatisasi melalui IPO di antaranya PT Jasindo (Persero), PT Semen Baturaja (Persero), PT Industri Telekomunikasi, serta PT Hutama Karya (Persero). Di luar itu, BUMN yang sudah dapat dipastikan akan IPO adalah PT Garuda Indonesia (Persero).