Pemerintah Ukraina Tangkis Serangan Militer Rusia di Wilayah Sumy



KONTAN.CO.ID -  KYIV. Gubernur Wilayah Sumy, Ukraina, Dmytro Zhyvytsky mengatakan penjaga perbatasan Ukraina menangkis serangan oleh kelompok sabotase dan pengintaian Rusia di wilayah timur laut Sumy pada Senin, (16/5).

Dmytro Zhyvytsky menulis di aplikasi pesan Telegram bahwa kelompok Rusia memasuki wilayah Ukraina di bawah perlindungan mortir, granat dan tembakan senapan mesin tetapi mundur setelah penjaga perbatasan melawan.

Reuters tidak dapat memverifikasi akun Zhyvytsky secara independen.


Pasukan Rusia menyeberang ke wilayah Sumy tak lama setelah Moskow menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Pasukan Ukraina merebut kembali kendali wilayah itu pada 8 April dan telah bersiap untuk serangan lebih lanjut.

Baca Juga: Putin Ingatkan Rusia akan Merespons Jika NATO Dukung Swedia dan Finlandia

Secara terpisah, seorang juru bicara penjaga perbatasan Ukraina mengatakan dalam komentar yang disiarkan televisi bahwa bahaya yang ditimbulkan oleh penembakan Rusia di wilayah Chernihiv dan Sumy tetap ada tetapi perbatasan itu di bawah kendali di kedua tempat.

Andriy Demchenko mengatakan upaya sedang dilakukan untuk memperkuat pertahanan di perbatasan dengan Belarus dan wilayah Transdniestria yang memisahkan diri dari Moldova karena Ukraina tidak dapat mengesampingkan bahwa Rusia akan mencoba menyerang dari sana.

Sejak 10 Mei, dinas perbatasan telah mencatat bahwa lebih banyak warga Ukraina yang pulang ke rumah daripada meninggalkan negara itu, tambahnya.

Lebih dari 80 hari setelah invasi dimulai, Ukraina telah mencetak serangkaian keberhasilan, memaksa komandan Rusia untuk meninggalkan ibukota Kyiv dan membuat kemajuan pesat di sekitar kota terbesar kedua Kharkiv. 

Baca Juga: Rubel Rusia Menuju Level Tertinggi dalam Hampir 5 Tahun Terhadap Euro

Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" untuk menyingkirkan negara fasis, sebuah pernyataan yang dikatakan Ukraina dan sekutu Baratnya sebagai dalih tak berdasar untuk perang yang tidak beralasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli