Pemerintah wacanakan cukai minuman berpemanis, begini efeknya ke kinerja emiten mamin



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati kembali mencetuskan wacana pengenaan cukai terhadap minuman berpemanis. Di hadapan Komisi XI DPR RI, dirinya menilai kebijakan fiskal tersebut mampu menambah penerimaan negara, khususnya cukai.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, sentimen ini dapat menurunkan daya beli masyarakat dan tentunya dapat menggerus pertumbuhan penjualan. Terlebih, saat ini emiten makanan dan minuman juga sedang mengalami perlambatan.

“Untuk tetap menjaga pasar dalam kondisi saat ini ada potensi emiten mengurangi beban pokok produksi, untuk tetap mempertahankan harga jual dengan menyesuaikan pada kemampuan masyarakat,” ungkapnya, Rabu (28/1).


Untuk melihat sejauh mana dampaknya, menurut Okie baru akan terlihat dalam laporan keuangan kuartalan nanti. Namun, dalam jangka pendek pihaknya melihat pasar akan turun merespons kebijakan tersebut.

Baca Juga: Sri Mulyani kembali cetuskan cukai minuman berpemanis, pengusaha menjerit

Menurut Okie, saat ini sentimen perbaikan kinerja di tahun 2021 masih menjadi trigger dari emiten makanan dan minuman. Hanya saja ia memprediksi pada kuartal I dan II pertumbuhan masih akan melambat, percepatan dari pemulihan saat ini sangat bergantung pada efektivitas vaksin dalam mengendalikan pandemi.

Hal tersebut diharapkan dapat mengembalikan daya beli serta kepercayaan diri konsumen. Untuk sekarang, sambungnya, investor lebih baik wait and see sembari menanti laporan kinerja keuangan tahun 2020 yang rilis dalam waktu dekat dapat dijadikan acuan.

“Di bursa saham, kami melihat dampak kebijakan ini akan mempengaruhi kinerja keuangan emiten seperti ICBP, MYOR, UNVR. Untuk INDF lebih ke konsolidasian dari ICBP karena sejauh ini ICBP cukup dominan pada kontribusi pendapatan INDF. Namun, besarannya perlu kami perhitungkan lagi secara detail,” papar Okie.

Ia menyarankan pelaku pasar untuk buy ICBP dengan target harga Rp 10.175, INDF dengan target harga Rp 7.650. Sementara itu, hold untuk saham UNVR dengan target harga Rp 7.500 dan hold MYOR dengan target harga Rp 2.750 per saham.

Selanjutnya: Kasus Covid-19 melonjak, Menkeu alokasikan anggaran mendesak hingga Rp 76,7 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi