KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Virus Corona (Covid-19) tergolong mudah bermutasi sejak pertama kali muncul pada Desember 2019 lalu di Wuhan, China. Saat ini muncul beragam varian atau mutasi dari Covid-19 termasuk varian Alpha, Beta, Gamma serta yang terbaru varian Delta yang sempat menjadi faktor lonjakan kasus di Indonesia pada Juli lalu. Selain varian tersebut pemerintah Indonesia juga menaruh perhatian pada tiga varian baru yang muncul yaitu Lambda, Mu dan C.1.2.
Meski ketiga varian tersebut belum ditemukan di Indonesia, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah memutuskan untuk memperkuat seluruh pintu masuk negara.
Baca Juga: Varian Mu jadi varian paling sulit dinetralisasi oleh imun tubuh Upaya tersebut dilakukan dengan melengkapi dan memperkaya tahap proses karantina bagi mereka yang akan masuk ke Indonesia melalui jalur udara, darat dan laut. "Pemerintah memutuskan bahwa kita harus benar-benar memantau perkembangan varian virus di seluruh dunia dan kita jaga agar sebisa mungkin tidak masuk ke wilayah Indonesia," kata Budi dalam Konferensi Pers Perkembangan PPKM, Senin (13/9). Budi menjelaskan, varian Lambda pertama ditemukan di Peru pada bulan Desember 2020 dan sekarang sudah tersebar di 42 negara. Sedangkan varian MU pertama kali ditemukan di Kolombia bulan Januari 2021 dan sudah tersebar di 49 negara. "Yang paling baru adalah varian C.1.2 yang ditemukan pertama kali di Afrika Selatan bulan Mei 2021 dan sekarang sudah menyebar ke 9 negara," imbuhnya.
Tiga varian tersebut saat ini sedang dalam penelitian terkait perilaku, laju penularan hingga seberapa besar varian tersebut dapat menghindar dari antibodi yang terbentuk secara natural maupun vaksinasi. "Sampai sekarang memang belum ada hasil riset yang pasti. Tetapi ketiga varian ini baik varian Lambda, varian Mu, maupun varian C.1.2 belum ada di Indonesia," paparnya. Sebagai langkah antisipasi masuknya ketiga varian tersebut pemerintah terus memperkuat
whole genome sequencing (WGS), untuk lebih cepat melakukan identifikasi dari varian baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi