Pemerintah yakin Indonesia bakal pimpin Asean untuk recovery pasca pandemi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto menuturkan, perekonomian Indonesia diprediksi akan bertumbuh positif pada 2021. Bahkan Indonesia juga diperkirakan akan memimpin di Asean untuk recovery pasca pandemi covid.

Pemulihan perekonomian Indonesia juga didukung oleh beberapa faktor diantaranya percepatan distribusi vaksin, kebijakan kesehatan yang komprehensif, stimulus fiskal untuk mendorong daya beli, kebijakan moneter yang bersifat akomodatif, reformasi struktural yang mendukung pemulihan ekonomi, dan kerja sama internasional untuk penanganan pandemi.

Selain itu, kondisi geopolitik juga menjadi salah satu faktor yang dinilai mampu dorong perekonomian global termasuk Indonesia. Diketahui pada Rabu (20/1), Amerika akan melaksanakan pelantikan pemerintahannya yang baru.


"Di Amerika, besok akan ada pelantikan pemerintahan baru tentunya pemerintah baru diharapkan mengambil perspektif yang berbeda dengan yang sebelumnya. Tentunya kita berharap bahwa geopolitical antara Amerika dan China sedikit pulih, walaupun biasanya kebijakan China dari US itu adalah yang keputusan yang bipartisan. Karena kita ketahui bersama adanya perbaikan ekonomi tentu ini akan jadi polarisasi ekonomi," jelas Airlangga dalam pra-acara 11th Kompas100 CEO Forum bertajuk “Rising in Pandemic Era”, pada Selasa (19/1).

Baca Juga: Dorong sumber pertumbuhan baru di segmen UMKM, simak strategi BRI

Adapun, perbaikan perekonomian nasional terlihat dari beberapa segi indikator. Dimana Airlangga memaparkan kurva mulai terlihat membaik, diantaranya pada Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang membaik di level 51,3% per Desember 2020.

Pun demikian dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang konsisten ke arah positif yaitu 96,5, meski diakui belum capai level normal. Kemudian di sektor otomotif sendiri juga alami perbaikan. Dimana penjualan mobil membaik dari sebelumnya -47,9% (yoy) pada Oktober 2020, jadi -39,9% (yoy) pada November 2020.

"Impor barang baku dan barang modal sudah mengalami kenaikan, walaupun kita melihat bahwa impor barang modal belum seperti sebelumnya," imbuhnya.

Surplus perdagangan pada delapan bulan berturut-turut dan nilai ekspor Desember diklaim menjadi yang tertinggi sejak Desember 2013. Sektor tersebut didukung oleh sektor pertanian dan industri pengolahan.

Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi dan bisnis digital bakal berlanjut, simak rekomendasi para pakar

"Di industri pengolahan salah satu andalannya adalah CPO, setiap tahun kita ekspor 30 juta ton. Dan ini dibantu dengan kenaikan harga CPO pada bulan Desember kebijakan dari biodiesel30 yang selama 9 tahun terakhir angkanya yang tertinggi. Kemudian kita juga melihat ada sektor manufaktur lainnya didorong oleh sektor baja dari sektor nikel, otomotif maupun elektronik dan yang juga yang cukup tinggi adalah di sektor permata ataupun perhiasan," ungkap Airlangga.

Indikator lain adalah perbaikan nilai rupiah. Airlangga menyebut nilai rupiah salah satu yang mengalami penguatan tertinggi dibandingkan dengan negara lain yaitu Filipina, Vietnam dan Singapura. Demikian juga Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang membaik.

Sayangnya penjualan ritel masih belum dapat dikatakan pulih. Dimana pada November 2020 lalu mengalami kontraksi -15,7% year on year (yoy). Angka tersebut semakin dalam dari bulan sebelumnya yaitu -14,9% (yoy).

Selanjutnya: Jelang pelantikan Biden, Kemendag: Indonesia tetap bangun kerja sama dengan AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli