Pemerintahan Bush Dapat Tekanan Kiri Kanan Terkait Bailout Otomotif



WASHINGTON. Pemerintah Bush kini sedang pusing tujuh keliling. Betapa tidak, pemerintahan yang usianya tinggal beberapa hari saja itu sedang mendapatkan tekanan melalui kiri dan kanan terkait bailout otomotif Amerika Serikat.

Pada Selasa kemarin, Partai Republik konservatif menekan Gedung Putih agar tidak menggunakan dana bailout perbankan untuk menyelamatkan produsen terbesar di Negeri Uwak Sam itu. Sebaliknya, Partai Demokrat juga mendesak agar Gedung Putih menggunakan hak vetonya untuk segera memutuskan hal tersebut agar tidak berlarut-larut.

Sementara itu, Pemerintahan Bush sendiri saat ini mengatakan masih mengevaluasi beberapa opsi dan berencana memutuskan keputusan yang akan memuaskan semua pihak. Sekadar mengingatkan, beberapa waktu lalu, kedua partai gagal menemui kata sepakat terkait bailout ini. “Kami tidak akan terburu-buru dalam memutuskan hal ini,” jelas Dana Perino, presidential press secretary Gedung Putih.


Selang sehari sebelumnya, Presiden George Bush menegaskan bahwa paket penyelamatan akan dilaksanakan sesegera mungkin. “Terjadinya kebangkrutan pada industri otomotif dapat berdampak buruk bagi perekonomian. Prosesnya tidak akan memakan waktu lama karena industri otomotif saat ini tengah berada di ujung tanduk,” jelas Bush pada Senin (15/12) kemarin. Meski demikian, para penentu kebijakan Partai Republik konservatif tetap menyatakan ketidaksetujuannya atas rencana tersebut.

Perino mengatakan, pemerintah saat ini masih menggodok secara detail paket bantuan yang total nilainya bisa mencapai US$ 15 miliar yang bakal ditujukan untuk General Motors Corp dan Chrysler LLC.

Dia kembali menegaskan, harus ada kesepakatan yang mengikat yang harus dibuat sebagai jaminan untuk dana bailout yang dikeluarkan. “Saya rasa presiden juga tidak akan setuju jika dana bailout diberikan tanpa adanya sejumlah persyaratan yang menjamin para industri otomotif dapat bersaing ke depannya,” jelasnya.

Sementara itu, Gedung Putih dan Departemen Keuangan saat ini tengah melakukan perundingan dengan Senator Bob Corker. Corker merupakan orang yang berada di balik kegagalan digelontorkannya dana bailout sebesar US$ 14 miliar pada minggu lalu. Corker dan rekan-rekannya pada waktu itu meminta para produsen otomotif untuk menurunkan upah pekerjanya jika bailout diberikan. Namun hal itu ditentang oleh Serikat Pekerja yang merasa keberatan jika pemotongan gaji dilakukan secepat itu. Hasilnya, seperti yang diketahui bersama, bailout pun gagal terlaksana.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie