Pemesanan ORI011 capai Rp 17,4 triliun



JAKARTA. Investor menyerbu obligasi negara ritel (ORI) seri 011. Selama sepuluh hari sejak ditawarkan, pemesanan obligasi ritel ini sudah mencapai 87% dari total target indikatif pemerintah sebesar Rp 20 triliun.

Loto Srinaita Ginting, Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan, mengatakan, kumulatif total pemesanan ORI011 hingga akhir pekan lalu sudah mencapai Rp 17,4 triliun. Mayoritas pemesanan berasal dari Jakarta sebesar Rp 7,97 triliun. Adapun pemesanan Indonesia Barat di luar Jakarta mencapai Rp 7,34 triliun dan Indonesia bagian tengah atau timur mencapai Rp 2,07 triliun.

Sementara itu, jumlah investor mencapai 28.610 orang. Mayoritas juga berasal dari Jakarta mencapai 12.342 orang. Sedangkan investor bagian Indonesia barat di luar Jakarta mencapai 13.472 orang, serta investor Indonesia bagian Tengah atau Timur mencapai 2.796 orang. Kendati surat utang ini menyasar investor ritel, rata-rata pemesanan per investor masih besar.


"Rata-rata pemesanan per investor adalah senilai Rp 608,2 juta," kata Loto kepada KONTAN, akhir pekan lalu. Menurutnya, hingga kini pemerintah belum berencana melakukan penambahan target atau upsize penerbitan ORI011. Penawaran ORI011 berlangsung selama dua pekan mulai 1 hingga 16 Oktober 2014 mendatang.

Sedangkan tanggal penjatahan pada 20 Oktober 2014 dan penuntasannya pada 22 Oktober 2014. Investor dapat membeli ORI dari agen penjual dengan minimum pemesanan Rp 5 juta dan maksimum Rp 3 miliar. Obligasi ini memberikan kupon 8,5% per tahun.

Pembayaran kupon akan dilakukan pada tanggal 15 setiap bulan. Pembayaran kupon pertama kali pada tanggal 15 November 2014. Pemerintah menetapkan minimum holding period selama satu periode pembayaran kupon pertama. Selanjutnya ORI bisa diperdagangkan di pasar sekunder.

Mencapai target

Ramainya permintaan ORI011 dirasakan oleh sejumlah agen penjual. Bank BNI salah satu agen penjual mengaku pemesanan ORI011 telah mencapai 100% dari target yang ditetapkan sebesar Rp 2 triliun.

Vice President Wealth Management dan Investment Bank BNI Teddy Atmadja mengatakan, mayoritas pemesanan berasal dari Jakarta, jumlahnya mencapai 46%. Sisanya berasal dari investor Indonesia bagian barat mencapai 35%, Indonesia bagian timur mencapai 10%, serta Indonesia bagian tengah 9%. "Meski sudah 100%, kami belum berencana untuk upsize," ujar Teddy.

Minat investor yang dijaring Bank Central Asia (BCA) juga tinggi. Branko Windoe, Head of Treasury BCA, mengatakan, pemesanan ORI011 mencapai 73,8% atau sekitar Rp 1,94 triliun dari target indikatif sekitar Rp 2,64 triliun.

"Mayoritas pemesanan berasal dari Jabodetabek," kata Branko. BCA optimistis, bisa menjual semua jatah ORI yang diberikan oleh pemerintah. Hingga kini, Branko bilang belum ada rencana untuk meminta upsize kepada pemerintah.

Analis obligasi Sucorinvest Central Gani Ariawan mengatakan, ORI memiliki keunggulan karena dijamin 100% oleh pemerintah. Berbeda dengan simpanan deposito yang hanya dijamin maksimal sebesar Rp 2 miliar oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). "LPS juga hanya menjamin deposito yang memberikan suku bunga maksimal sama seperti tingkat bunga LPS," kata Ariawan.

Sekedar informasi, tingkat bunga penjaminan LPS periode 15 September 2014 hingga 14 Januari 2015 pada simpanan berdenominasi rupiah sebesar 7,75%. Sedangkan untuk simpanan valas sebesar 1,5%. Artinya, kupon ORI011 masih lebih tinggi. Selain itu, investor juga bisa mendapatkan keuntungan atau capital gain dari kenaikan harga ORI di pasar sekunder.

Menurut Ariawan, potensi kenaikan harga ORI di pasar sekunder masih sangat besar. Selama ini perdagangan ORI juga cukup likuid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie