JAKARTA. PT HD Finance Tbk (HDFA) kini berganti nama menjadi PT Radana Bhaskara Finance Tbk. Manajemen menilai, transformasi HD Finance menjadi Radana Finance merupakan langkah besar menyempurnakan perusahaan dalam meraih kepercayaan masyarakat. Hal ini sekaligus sebagai cermin semangat untuk berkembang. Direktur HDFA Andoko beberapa waktu lalu mengatakan, perubahan itu terkait masuknya PT Tiara Marga Trakindo (TMT) sebagai pemegang saham mayoritas. Pada Maret 2013, TMT membeli saham HDFA milik PT HD Corpora dan Wealth Paradise Holding Limited. Tiga bulan kemudian, TMT menjadi pemegang saham mayoritas HDFA dengan kepemilikan 55,81%. Pasca akuisisi, HDFA terus meningkatkan kinerjanya. Manajemen HDFA yakin, didukungan pengendali baru, perusahaan semakin tangguh, percaya diri dan siap memenangkan pasar.
Untuk mewujudkan hal itu, HDFA mempunyai sejumlah strategi. Pertama, melakukan diversifikasi produk dan program. Kedua, menggeber berbagai ekspansi bisnis. Ketiga, memakai SDM berkualitas melalui program pelatihan berkelanjutan dan proses rekrutmen selektif. Keempat, memberikan pelayanan sempurna dengan dukungan teknologi. Kelima, manajemen risiko yang prudent. Keenam, pengelolaan aset yang berkualitas. Kegiatan usaha HDFA meliputi pembiayaan konsumen, sewa guna usaha, anjak piutang dan kartu kredit. Tapi kini HDFA fokus pada pembiayaan kendaraan bermotor roda dua, baik sepeda motor baru maupun bekas. Meski demikian, seiring perkembangan bisnis multifinance, HDFA tak menutup kemungkinan mengembangkan bisnis consumer financing lain, seperti kendaraan roda empat. HDFA bakal mulai menggarap pembiayaan mobil bekas mulai semester II 2014. “Kami targetkan kontribusinya sampai 5% tahun ini,” kata Direktur Utama HDFA Evy Indahwaty, beberapa waktu lalu. Saat ini HDFA masih menyiapkan jaringan dan infrastruktur untuk pembiayaan mobil bekas. Di tahap awal, HDFA menyasar pasar Jabodetabek. HDFA masuk bisnis mobil bekas lantaran menganggap pasarnya cukup stabil. Segmen ini juga lebih kebal dari berbagai faktor, seperti masalah ekonomi maupun politik. Di pembiayaan sepeda motor, HDFA optimistis prospeknya masih cerah. Sebab, sepeda motor hingga kini masih tetap menjadi alternatif sarana transportasi yang ekonomis. Kemudahan sistem pembelian melalui beragam program pembiayaan sepeda motor merupakan salah satu faktor pendukung tingginya minat beli masyarakat terhadap sepeda motor. Selain itu, pemerataan pembangunan di kota kecil telah memicu peningkatan permintaan sepeda motor. Sarana transportasi ini juga murah dan mudah dijangkau demi menunjang usaha kecil.
Per akhir 2013, HDFA mempunyai 31 kantor cabang yang tersebar di Jawa dan Sumatra. Tahun ini, HDFA berencana membuka 11 cabang baru dengan alokasi total belanja modal alias
capital expenditure (capex) senilai Rp 8 miliar hingga Rp 10 miliar. Capex berasal dari dana internal perusahaan. Evy menargetkan HDFA dapat menambah total pembiayaan baru hingga Rp 1,63 triliun atau tumbuh 29,37% daripada tahun lalu yang senilai Rp 1,26 triliun. Sedangkan pendapatannya ditargetkan Rp 389,53 miliar atau naik 31,27% daripada tahun lalu Rp 296,75 miliar. HDFA membidik laba bersih Rp 26,24 miliar atau tumbuh 52,91% dibandingkan tahun lalu Rp 17,16 miliar. Target tersebut sepertinya tidak sulit untuk dicapai. Sebab, di semester I-2014, HDFA membukukan laba bersih senilai Rp 15,6 miliar atau melejit 198,8%
year on year (yoy). Sedangkan pendapatannya mencapai Rp 172,32 miliar, naik 22,3% yoy. HDFA tercatat menyalurkan pembiayaan konsumen senilai Rp 2,03 triliun di semester I-2014 atau tumbuh 13,7% dibandingkan akhir tahun lalu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro