JAKARTA. Tampaknya minat investor menaruh dana di instrumen surat utang mulai tumbuh. Buktinya, dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) yang digelar Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan kemarin (13/1), penawaran dari investor yang masuk cukup banyak. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan dalam siaran pers menyatakan, total penawaran yang masuk mencapai Rp 9,14 triliun. Penawaran ini masuk untuk empat seri SUN. Dari total nilai tawaran itu, pemerintah hanya mengambil Rp 5,95 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp 2,95 triliun dari target indikatif pemerintah yang senilai Rp 3 triliun. Analis Obligasi Bank Danamon Helmi Arman menilai, hasil lelang ini mencerminkan kepercayaan investor pada SUN sebagai tempat menaruh dana, telah kembali. "Lelang kali ini lebih bagus dari ekspektasi, selain itu ada perbaikan yield," kata Helmi kepada KONTAN, kemarin (13/1). Tampaknya, investor mulai memanfaatkan momen lelang SUN untuk mengantisipasi berlanjutnya penurunan tingkat BI rate. "Timing untuk masuk sekarang ini lebih baik dari yang berikutnya," kata Analis Obligasi Danareksa Sekuritas Budi Susanto. Maklum saja, kalau BI rate turun, otomatis imbal hasil alias yield obligasi juga ikut melorot. Budi juga menilai, keputusan pemerintah mengambil Rp 5,59 triliun, atau lebih tinggi ketimbang dari target awal, adalah keputusan yang tepat. Menurut Budi, Pemerintah, memang sebaiknya mengambil banyak di awal tahun, karena sulit memprediksi pasar finansial di masa mendatang. Yang menarik, dari empat seri SUN yang dilelang kemaren, pemerintah memutuskan tidak menerima penawaran yang masuk untuk seri FR0036. Maklum, investor menawar SUN berjangka 10 tahun ini dengan tinggi, yakni yield terendah 12% dan yield tertinggi 13,5% (lihat tabel). Sebelumnya, ada perkiraan investor akan lebih meminati SUN yang jangka waktunya lama. Nyatanya, investor lebih banyak menawar SUN jangka pendek. "Ini pertanda pasar masih antisipasi kemungkinan gejolak," kata Helmi. Hal itu juga tercermin dari permintaan yield yang tinggi untuk SUN bertenor panjang. Budi melihat ada dua hal yang menyebabkan investor memilih SUN bertenor pendek. Pertama, investor masih mengambil posisi wait and see. Kedua, "Insentif SUN jangka panjang sedikit," kata Budi. Alhasil, selisih yield SUN jangka panjang dan jangka pendek tidak terlalu jauh.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pemilik Modal Mulai Melirik SUN
JAKARTA. Tampaknya minat investor menaruh dana di instrumen surat utang mulai tumbuh. Buktinya, dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) yang digelar Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan kemarin (13/1), penawaran dari investor yang masuk cukup banyak. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan dalam siaran pers menyatakan, total penawaran yang masuk mencapai Rp 9,14 triliun. Penawaran ini masuk untuk empat seri SUN. Dari total nilai tawaran itu, pemerintah hanya mengambil Rp 5,95 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp 2,95 triliun dari target indikatif pemerintah yang senilai Rp 3 triliun. Analis Obligasi Bank Danamon Helmi Arman menilai, hasil lelang ini mencerminkan kepercayaan investor pada SUN sebagai tempat menaruh dana, telah kembali. "Lelang kali ini lebih bagus dari ekspektasi, selain itu ada perbaikan yield," kata Helmi kepada KONTAN, kemarin (13/1). Tampaknya, investor mulai memanfaatkan momen lelang SUN untuk mengantisipasi berlanjutnya penurunan tingkat BI rate. "Timing untuk masuk sekarang ini lebih baik dari yang berikutnya," kata Analis Obligasi Danareksa Sekuritas Budi Susanto. Maklum saja, kalau BI rate turun, otomatis imbal hasil alias yield obligasi juga ikut melorot. Budi juga menilai, keputusan pemerintah mengambil Rp 5,59 triliun, atau lebih tinggi ketimbang dari target awal, adalah keputusan yang tepat. Menurut Budi, Pemerintah, memang sebaiknya mengambil banyak di awal tahun, karena sulit memprediksi pasar finansial di masa mendatang. Yang menarik, dari empat seri SUN yang dilelang kemaren, pemerintah memutuskan tidak menerima penawaran yang masuk untuk seri FR0036. Maklum, investor menawar SUN berjangka 10 tahun ini dengan tinggi, yakni yield terendah 12% dan yield tertinggi 13,5% (lihat tabel). Sebelumnya, ada perkiraan investor akan lebih meminati SUN yang jangka waktunya lama. Nyatanya, investor lebih banyak menawar SUN jangka pendek. "Ini pertanda pasar masih antisipasi kemungkinan gejolak," kata Helmi. Hal itu juga tercermin dari permintaan yield yang tinggi untuk SUN bertenor panjang. Budi melihat ada dua hal yang menyebabkan investor memilih SUN bertenor pendek. Pertama, investor masih mengambil posisi wait and see. Kedua, "Insentif SUN jangka panjang sedikit," kata Budi. Alhasil, selisih yield SUN jangka panjang dan jangka pendek tidak terlalu jauh.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News