Pemilu 2024 Bisa Digunakan Sebagai Katalis Mempercepat Transisi Ekonomi Hijau



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Perekonomian Indonesia masih sangat bergantung pada konsumsi domestik dan sektor ekstraktif alias masih mengandalkan sumber daya alam (SDA) yang bila dilakukan secara masif bisa merusak lingkungan.

Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak menyampaikan, sudah saatnya ekonomi Indonesia beralih dari ekstraktif menuju ekonomi hijau. Upaya ini dilakukan lantaran pada 2022 Indoensia tercatat menjadi 8 negara penghasil emisi terbesar di dunia.

Leonard menambahkan, momentum pemilihan umum 2024 ini dapat digunakan sebagai katalis untuk mempercepat transisi ekonomi hijau di Indonesia.


Menurutnya, transisi energi hijau harus segera dilakukan karena krisis iklim yang timbul akibat ketergantungan Indonesia dan dunia terhadap industri ekstraktif semakin memperparah dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial.

“Perlu ada komitmen politik yang kuat dari pemerintah serta calon presiden dan wakil presiden agar Indonesia mampu mengurangi ketergantungannya terhadap industri ekstraktif dan segera mengimplementasikan peralihan ke ekonomi hijau,” tutur Leonard dalam agenda ‘Nasib Transisi Ekonomi Hijau di Tahun Politik’, Selasa (19/12).

Baca Juga: Saatnya Indonesia Move On dari Ekonomi Ekstraktif dan Beralih ke Ekonomi Hijau

Lebih lanjut, Leonard menyampaikan perlunya komitmen politik ini agar  bisa mengimplementasikan transformasi dari ekonomi ekstraktif ke ekonomi berkelanjutan.

Untuk diketahui, Greenpeace Indonesia bersama Center of Economics and Law Studies (CELIOS) bekerja sama dengan melakukan riset dengan tema ‘Dampak Transisi Ekonomi Hijau terhadap Perekonomian, Pemerataan, dan Kesejahteraan Indonesia’.

Hasil riset terebut menyatakan, transisi ke ekonomi hijau diperkirakan dapat memberikan dampak hingga Rp 4.376 triliun ke output ekonomi nasional.

Peralihan ini juga diprediksi memberikan tambahan produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp 2.943 triliun dalam 10 tahun ke depan, atau setara 14,3% PDB Indonesia pada tahun 2024.

“Tanpa komitmen yang kuat, hasil temuan ini hanya akan menjadi pajangan lain di rak buku semata dan masyarakat harus terus menanggung dampak krisis iklim yang semakin parah,” kata Leonard.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat