Pemilu AS 2024: Pendukung Trump Lebih Royal Ketimbang Pendukung Biden



KONTAN.CO.ID - Jelang Pemilu AS 2024 bulan November mendatang, data terbaru menunjukkan bahwa pendukung Donald Trump telah mengeluarkan uang lebih banyak dari kubu rival, yaitu pendukung Joe Biden.

Mengutip data Reuters, para pendukung Trump telah menghabiskan lebih dari US$ 25 juta sejak junjungannya itu diumumkan jadi kandidat dari Partai Republik pada 6 Maret lalu.

Catatan Komisi Pemilihan Umum Federal menunjukkan, jumlah itu lebih banyak dari dana yang telah dikeluarkan pendukung Biden di periode yang sama, yaitu US$ 15 juta.


Baca Juga: Rencana Kebijakan Trump: Semua Bitcoin Harus Ditambang di AS

MAGA Inc., kelompok pendukung Trump terbesar, pada hari Kamis (20/6) akan melaporkan bahwa mereka telah memiliki dana US$ 93,7 juta di rekening mereka hingga bulan Mei usai.

Jumlah itu naik signifikan dari US$ 33 juta yang dilaporkan pada akhir bulan April.

Ledakan saldo pendukung Trump ini menunjukkan tekad kuat untuk mengejar ketertinggalan dari kubu Biden, yang pada akhir April memiliki dana US$ 84 juta di rekeningnya.

"Saat ini, tim kampanye Trump mampu menghemat setiap dolar yang mereka kumpulkan karena sekutunya di MAGA Inc. menanggung beban perang iklan melawan Tim Biden," kata pihak MAGA Inc.

Baca Juga: Menuju Pemilu AS 2024, Donald Trump Mulai Rayu Masyarakat Kulit Hitam

Perang Iklan

Kedua kubu tercatat menghabiskan sebagian besar pengeluaran kampanye mereka untuk memasang iklan di televisi.

Keduanya dianggap mencoba memengaruhi sebagian kecil pemilih AS yang akan menentukan hasil pemilu 5 November.

MAGA Inc. menghabiskan sekitar US$ 18 juta untuk membantu kampanye Trump, sebagian besar melalui rentetan iklan televisi dan digital yang menyerang kebijakan imigrasi Biden.

Beberapa kalimat kampanye yang digunakan juga secara terang-terangan menyebut Biden terlalu tua untuk menjalani masa jabatan kedua.

Tahun ini Biden akan berusia 81, sementara Trump baru saja merayakan ulang tahun ke-78 pada 15 Juni lalu.

Keduanya bersaing ketat dalam jajak pendapat publik nasional, namun Trump memiliki sedikit keunggulan di negara-negara bagian yang suaranya bisa sangat menentukan.