Pemilu AS: Kamala Harris Ungguli Donald Trump dalam Dua Jajak Pendapat Nasional



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam persaingan menuju pemilihan presiden AS, Wakil Presiden Kamala Harris kini unggul dari mantan presiden Donald Trump, kandidat Partai Republik, dalam dua jajak pendapat nasional yang dirilis Minggu lalu.

Jajak pendapat ini menunjukkan adanya momentum yang signifikan bagi Harris saat para kandidat berupaya memperoleh dukungan pemilih di tengah pemungutan suara awal yang telah dimulai di beberapa negara bagian.

Hasil Jajak Pendapat Terbaru

Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh NBC News pada 13-17 September, Harris unggul dengan 49% dukungan dibandingkan Trump yang memperoleh 44%. Meski selisih ini berada dalam margin of error, hasil tersebut menandakan keunggulan penting bagi Harris.


Selain itu, jajak pendapat yang dilakukan oleh CBS/Ipsos pada 18-20 September, setelah dugaan upaya pembunuhan terhadap Trump di lapangan golfnya di Florida pada 15 September, menunjukkan Harris unggul dengan 52% berbanding 48%.

Baca Juga: Lebih dari 100 Mantan Pejabat Partai Republik Pindah Haluan Dukung Kamala Harris

Salah satu perkembangan paling mencolok dalam dinamika pemilihan ini adalah peningkatan popularitas Harris. Menurut jajak pendapat NBC, favorabilitas Harris meningkat 16 poin persentase sejak ia memasuki pemilihan presiden pada bulan Juli.

Sebelumnya, hanya 32% pemilih terdaftar yang memiliki pandangan positif tentang Harris, namun dalam survei terbaru angka ini melonjak menjadi 48%. NBC menyebut ini sebagai peningkatan terbesar yang pernah dicatat oleh kandidat sejak kenaikan rating persetujuan Presiden George W. Bush pasca serangan teroris 11 September 2001.

Tantangan Menuju Hari Pemilu

Meskipun Hari Pemilu jatuh pada 5 November, pemungutan suara awal telah dimulai di negara bagian seperti Virginia, Minnesota, dan South Dakota. Pada bulan Oktober, negara bagian lainnya juga akan memulai pemungutan suara awal.

Harris, pencalonan yang terlambat sebagai kandidat Partai Demokrat telah mengubah dinamika pemilihan yang sebelumnya berjalan lamban. Setelah penampilan debat yang buruk oleh Presiden Joe Biden pada akhir Juni, ia memutuskan untuk mundur dari persaingan, memberi jalan bagi Harris untuk masuk dan dengan cepat menghapus keunggulan Trump.

Namun, hasil akhir pemilihan kemungkinan besar akan ditentukan di beberapa negara bagian yang menjadi medan pertempuran utama. CBS menilai tujuh negara bagian kunci sebagai "tossups", di mana Harris memegang keunggulan kecil dalam margin of error di lima di antaranya.

Baca Juga: Debat Donald Trump dan Kamala Harris Pengaruhi Pasar Keuangan Dunia

Kedua kandidat serta sekutu mereka kini fokus memobilisasi pemilih di negara bagian strategis ini untuk menghadapi enam minggu terakhir kampanye.

Gubernur Michigan, Gretchen Whitmer, seorang Demokrat, menegaskan bahwa pemilihan kali ini akan sangat ketat. "Kami selalu tahu bahwa ini akan menjadi pemilihan yang ketat," ujarnya dalam acara CNN’s State of the Union pada hari Minggu.

Ia juga menyebut negara-negara bagian seperti Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin sebagai medan pertempuran krusial, di mana persaingan antara Harris dan Trump akan berlangsung sangat sengit.

Isu Ekonomi: Tantangan bagi Harris

Di bidang ekonomi, yang dianggap sebagai salah satu kelemahan politik Harris, ia berhasil mempersempit defisitnya dalam jajak pendapat CBS di antara pemilih yang sangat peduli dengan isu ini.

Trump masih memimpin dengan 53% berbanding 47% di antara pemilih yang fokus pada ekonomi, tetapi ini adalah peningkatan bagi Harris dibandingkan angka 56% berbanding 43% yang tercatat pada bulan Agustus.

Baca Juga: AS Sebut Peretas Iran Kirim Email Materi Kampanye Trump yang Dicuri ke Kubu Biden

Dalam jajak pendapat yang sama, para pemilih juga diminta pendapat tentang klaim Trump yang tidak berdasar terkait imigran Haiti yang "memakan kucing dan anjing."

Sebanyak 65% pemilih berpendapat bahwa pernyataan Trump bertujuan untuk menimbulkan ketakutan terhadap imigran, sementara 63% menyatakan bahwa cerita tersebut kemungkinan besar tidak benar.

Editor: Handoyo .