KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemilu Amerika Serikat (AS) masih menjadi kekhawatiran utama bagi investor aset kripto. Ketidakpastian mengenai pemimpin Amerika selanjutnya telah menciptakan volatilitas tinggi di pasar. CEO PT Tiga Pintu Utama (TRIV), Gabriel Rey mengamati, pasar aset kripto kembali mengalami tekanan dengan Bitcoin (BTC) berbalik turun ke kisaran US$69.000 saat ini. Volatilitas harga aset kripto tersebut tidak terlepas dari pengaruh Pemilihan Presiden (Pilpres) AS. Hasil polling terbaru yang menunjukkan suara Donald Trump turun 5% menjadi 65% dalam probabilitas memenangkan Pilpres, lantas membuat pasar kripto terkoreksi. Turunnya kemungkinan Trump memenangkan kontestasi pemilu telah menciptakan rasa takut karena kandidat partai Republik itu diharapkan membawa perubahan positif pada pasar kripto.
‘’Calon Presiden yang benar-benar mendukung kripto itu Trump dan ia sudah menggemborkan AS harus menjadi negara Super Power kripto. Jadi dari hasil polling terbaru itu membuat ketidakpastian, sehingga pasar takut dan terjadilah
sell off (aksi jual),” ujar Gabriel kepada Kontan.co.id, Jumat (1/11).
Baca Juga: Fenomena Uptober Kurang Bergairah, Ini Sentimen Pendorong Pasar Kripto pada November Langkah yang bakal diambil Trump nantinya sebagai Presiden salah satunya yaitu memecat ketua Komisi Sekuritas dan Bursa atau Securities and Exchange Commission (SEC) AS, Gary Gensler. Rencana tersebut dipandang positif oleh pelaku pasar karena seringkali SEC menghambat perizinan ataupun inovasi di industri kripto seperti sulitnya izin perdagangan Bitcoin ETF lalu. Sedangkan, Gabriel melihat, hasil pemilu AS yang memenangkan Kamala Harris bakal direspons negatif pasar kripto. Dari kabar yang beredar, Gary Gensler bakal ditunjuk menjadi Menteri Keuangan, apabila Harris terpilih dalam pilpres. ‘’Kita tahu sendiri perlakuan SEC terhadap perusaaan kripto sangat tidak bersahabat, gugat sana sini yang perusahaan besar juga kena gugat. Sehingga, tekanan di pasar kripto akan terus terjadi, kalau Kamala Harris menang,’’ sambung Gabriel. Sementara itu, Gabriel menilai bahwa pertemuan Federal Reserve dalam FOMC, tidak akan begitu berdampak signifikan terhadap pasar kripto. Hal itu seiring pemangkasan suku bunga sudah diekspektasikan oleh pelaku pasar. Adapun pemilu AS bakal dilaksanakan pada tanggal 5 November mendatang. Dua hari setelahnya, FOMC bank sentral AS akan digelar pada 7 November 2024. Ketidakpastian terkait hasil pemilu telah menambah kekhawatiran di pasar keuangan global, termasuk di aset kripto. Tak ayal, investor kadang menahan diri ataupun beralih ke aset yang lebih aman selama masa ketidakpastian tersebut.
Baca Juga: Ada Ketidakpastian Global, Nilai Transaksi Kripto Melambat di September 2024 Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa terjadi perlambatan nilai transaksi aset kripto akibat pengaruh dinamika di pasar global. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan perlambatan ekonomi Tiongkok menjadi sentimen yang buruk bagi pasar. Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto (IAKD) OJK, Hasan Fawzi mengungkapkan, sehubungan dengan perkembangan aktivitas aset kripto di Indonesia, jumlah total investor masih berada dalam tren peningkatan. Dimana, tercatat jumlah investor sebesar 21,27 juta orang pada September dibandingkan 20,9 juta orang di bulan Agustus 2024. Namun, pada periode yang sama, nilai transaksi aset kripto di Indonesia terpantau melambat. OJK mencatat bahwa nilai transaksi aset kripto berkurang 31,17% Month on Month (MoM) menjadi Rp 33,67 triliun pada September dibandingkan Rp 48,92 triliun di Agustus 2024. “Perlambatan seiring adanya dinamika global yang kelihatannya membuat transaksi aset kripto mengalami penurunan,” jelas Hasan dalam konferensi pers OJK, Jumat (1/11). OJK melihat, dinamika pasar keuangan global utamanya dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik di timur tengah dan perlambatan ekonomi Tiongkok. Perkembangan tersebut membuat premi risiko meningkat dan kenaikan yield secara global, sehingga mendorong aliran modal keluar dari negara Emerging Market, termasuk indonesia. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok masih menunjukkan perlambatan, baik dari sisi permintaan maupun suplai, sehingga mendorong bank sentral Tiongkok untuk terus mengeluarkan stimulus. Di sisi lain, risiko geopolitik yang memanas turut menjadi tantangan bagi prospek perekonomian ke depan. Namun demikian, Hasan menuturkan, nilai transaksi kripto domestik masih bertumbuh signifikan di sepanjang tahun 2024. Selama periode Januari – September, nilai transaksi kripto melesat 351,97% year on year (yoy) menjadi Rp 426,69 triliun.
Gabriel pun masih optimis terhadap pasar aset kripto hingga akhir tahun ini utamanya didukung faktor kemenangan Trump. Bitcoin (BTC) sebagai koin kripto dengan kapitalisasi aset terbesar diperkirakan bisa mencetak harga tertinggi baru alias All Time High (ATH) di kuartal IV-2024. Menurut Gabriel,
support terkuat Bitcoin saat ini sudah berada di angka US$69.000. Selanjutnya, Bitcoin berpotensi re-test level US$72.000. Jika berhasil melewati angka tersebut, maka level US$80.000 dipandang sangat mungkin bisa dicapai pada kuartal terakhir tahun ini. Berdasarkan data Coinmarketcap, Jumat (1/11) pukul 19.07 WIB, Bitcoin berada di angka US$70.031 yang bergerak turun 2,96% dalam 24 jam, namun masih naik 2,66% dalam 7 hari terakhir. Level tertinggi sepanjang masa Bitcoin yakni di level US$73.750 yang dicapai pada 14 Maret 2024 lalu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih