Pemilu AS: Trump Diminta Lebih Fokus pada Isu Kebijakan Bukan Menyebar Kontroversi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat, menghadapi tekanan untuk mengubah pendekatan kampanyenya dalam 80 hari terakhir sebelum pemilihan.

Lindsey Graham, seorang senator Partai Republik yang sering bermain golf dengan Trump, menyarankan agar Trump lebih fokus pada debat kebijakan daripada melancarkan serangan pribadi, terutama terhadap Kamala Harris, calon presiden dari Partai Demokrat.

Kritik Terhadap Pendekatan Kampanye Trump

Selama kampanye, Trump telah dikritik karena serangan pribadi terhadap Kamala Harris, termasuk menyebutnya "bodoh" dan mengklaim bahwa Harris menggunakan etnisitasnya sebagai alat kampanye.


Graham dan beberapa pendukung setia Trump lainnya mendorong agar mantan presiden ini mengalihkan fokusnya ke isu-isu kebijakan yang dapat memenangkan hati pemilih, terutama mengingat bahwa kebijakan Trump dianggap "baik untuk Amerika" oleh para pendukungnya.

Graham menyatakan bahwa Trump bisa memenangkan pemilihan jika ia berfokus pada perdebatan kebijakan yang relevan bagi pemilih. Namun, jika Trump terus bertindak sebagai "provokator" dan "showman," ia mungkin tidak akan berhasil dalam pemilihan ini.

Baca Juga: Kamala Harris Ungguli Trump dalam Jajak Pendapat Terbaru

Penurunan Dukungan dan Tantangan Elektoral

Jajak pendapat nasional terbaru menunjukkan bahwa Kamala Harris telah unggul sekitar dua poin di atas Trump, membalikkan keunggulan yang sebelumnya dimiliki Trump atas Joe Biden sebelum Biden mengundurkan diri dari pencalonan pada 21 Juli.

Harris kini memimpin di beberapa negara bagian kunci yang disebut "sun belt," seperti North Carolina dan Arizona, yang pada 2020 dimenangkan oleh Trump.

Penurunan dukungan untuk Trump juga terlihat di kalangan pemilih kulit hitam dan perempuan, yang sebelumnya menjadi basis dukungan penting baginya.

Jajak pendapat dari USA Today dan Suffolk University menunjukkan bahwa Harris telah mengukuhkan dukungan di kalangan pemilih kulit hitam di Michigan dan Pennsylvania, dua negara bagian penting dalam perhitungan electoral college.

Serangan Terhadap Kamala Harris dan Respon Republikan

Trump terus melancarkan serangan pribadi terhadap Kamala Harris, termasuk mengomentari latar belakang etnisnya. Trump menyarankan bahwa Harris telah "mengubah" identitas rasialnya untuk mendapatkan dukungan politik. Komentar-komentar seperti ini telah memicu kontroversi dan membagi pendapat di kalangan pendukung Trump.

Sementara beberapa pendukung sayap kanan Trump mendorongnya untuk lebih agresif dalam isu-isu seperti imigrasi dan kejahatan, yang lain mengkhawatirkan bahwa kampanye ini mungkin gagal jika Trump tidak mengubah pendekatannya.

Candace Owens, seorang influencer sayap kanan, menyatakan bahwa telah terjadi "perang sipil MAGA," dan memperingatkan bahwa Trump kehilangan dukungan dari basisnya.

Baca Juga: Kamala Harris Sebut Trump Sebagai Pengecut

Konvensi Nasional Demokrat dan Tantangan yang Dihadapi

Dalam minggu ini, delegasi Partai Demokrat akan bertemu di Chicago untuk konvensi nasional mereka, di mana Kamala Harris, Joe Biden, Barack Obama, dan Bill Clinton akan memberikan pidato. Namun, Harris juga akan menghadapi demonstrasi besar dari hingga 100.000 pengunjuk rasa pro-Palestina yang memprotes dukungan pemerintah Biden terhadap Israel.

Sementara itu, Trump dijadwalkan untuk berkampanye di Michigan, Pennsylvania, dan North Carolina selama konvensi ini berlangsung, dalam upaya untuk memperkuat dukungannya di negara bagian kunci tersebut.

Dengan dinamika kampanye yang terus berubah, Trump perlu memutuskan apakah akan beralih fokus ke isu-isu kebijakan yang lebih substantif atau terus dengan pendekatan yang lebih provokatif.

Editor: Handoyo .