Pemilu Dongkrak Prospek Sektor Konsumsi Primer



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek emiten konsumsi primer (consumer non cyclycal) diperkirakan membaik jelang akhir tahun ini. Efek Pemilu menjadi katalis positif terhadap daya beli masyarakat.

Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta mengatakan, saat ini pergerakan saham sejumlah emiten konsumsi primer sedang lagging. Ini akibat pengetatan ekonomi yang dilakukan baik di dalam maupun luar negeri akibat tingginya inflasi.

Lihat saja saham-saham seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICPB), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) tercatat masih di zona merah sebulan terakhir. Padahal, kinerja laba bersih di kuartal III tercatat positif.


Baca Juga: Pemilu Makin Dekat, Saham-Saham Ini Bisa Diperhatikan

Meski begitu, Nafan memperkirakan sentimen pengetatan ekonomi segera berakhir di akhir tahun ini. "Sehingga akan menjadi angin segar bagi emiten-emiten sektor konsumsi primer," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (19/11).

Selain itu, sentimen jelang akhir tahun juga terlihat positif. Nafan mengatakan salah satu pendorongnya dari adanya stabilitas perekonomian domestik yang membaik. Kemudian, adanya Pemilu juga akan mendorong pengeluaran pemerintah sehingga dapat memperkuat daya beli masyarakat.

"Lihat saja indeks keyakinan konsumen yang konsisten di angka 100 yang menggambarkan optimisme outlook perekonomian Indonesia yang masih kuat," sambungnya.

Analis Samuel Sekuritas Pebe Peresia dan Ashalia Fitri juga menilai kampanye pemilu yang akan dilaksanakan pada 28 Nov 2023 hingga 10 Februari 2024 dapat menjadi katalis positif bagi emiten consumer. Walaupun emmang, durasi kampanye tersebut lebih singkat dibandingkan periode sebelumnya, yakni 23 September 2018 hingga 13 April 2019.

Samuel Sekuritas memperkirakan ICBP akan memperoleh dampak positif terbesar dibandingkan emiten lainnya. Hal itu bercermin dari yang telah terjadi pada pemilu sebelumnya, ICBP mengalami lonjakan penjualan pada dua kuartal sebelum pemilu 2019 sebesar 11,8% YoY, rata-rata 3 tahun tumbuh 5,9%.

Baca Juga: Pemilu & Trader Saham

Selain itu, ekspektasi tersebut juga ditopang oleh pertumbuhan segmen utamanya yaitu mi instan. Sebab, segmen tersebut menyumbang 74,8% dari total penjualan perseroan. Ditambah, produk mi instan ICBP merupakan market leader dengan market share lebih dari 70% penjualan mi instan nasional.

Kemudian adanya penurunan harga bahan baku gandung sebesar 25,8% sejak awal tahun, serta kenaikan rata-rata harga jual juga akan mendorong kenaikan EBIT ICBP di 2023 sebesar 10,7% YoY menjadi 14,8 triliun. "Dengan pertumbuhan tersebut, laba bersih ICBP, tidak termasuk unrealized forex gain, berpotensi naik 25% YoY menjadi Rp 9,1 triliun," terangnya.

Secara umum, Samuel Sekuritas berpandangan overweight untuk sektor konsumsi primer. Adapun risiko dari sektor ini adalah keputusan BI menaikkan suku bunga acuan untuk meredam kenaikan inflasi dan menjaga nilai tukar IDR beresiko mengganggu daya beli masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .