Pemilu Inggris redam merger dan akuisisi



LONDON. Saat politik Inggris memburuk, tren merger dan akuisisi (M&A) berpotensi melemah. Padahal, sejak memproses Brexit di tahun lalu, kejatuhan mata uang poundsterling memicu kenaikan transaksi M&A.

Ketua Investasi Perbankan Goldman Sachs Karen Cook menjelaskan, kegagalan Perdana Menteri Theresa May memenangkan mayoritas suara dalam pemilu dapat mengerem aktivitas M&A di Inggris. "Selama ketidakpastian ada, saya tidak melihat hal itu sebagai hal yang positif bagi merger dan akuisisi dalam jangka pendek," ucap Cook seperti dikutip Reuters, kemarin.

Menurut Cook, pokok persoalannya yakni pandangan berbeda antara Partai Konservatif dengan sejumlah orang yang duduk di pemerintahan terkait Brexit. Dus, hasil pemilu yang mengejutkan bisa memperhambat Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa.


Kepala M & A Global JP Morgan Hernan Cristerna mengatakan, potensi merger dan akuisisi tetap ada. Meski ada ketidakpastian, mata uang poundsterling terus melemah pasca pemilu.

Cristerna meyakini, ada sejumlah pelaku yang akan memanfaatkan situasi dengan melemahnya mata uang. "Ketika mata uang turun, ini akan memicu kesepakatan sejumlah perusahaan global yang nilai asetnya berupa poundsterling. Hal ini terjadi seperti saat voting Brexit tahun lalu," terang Cristerna.

Jika berkaca pada pemilu sebelumnya, merger dan akuisisi di Inggris memang mengalami kenaikan. Misalnya, kemenangan Partai Konservatif pada 2015 berhasil mengerek 4% transaksi merger dan akuisisi.

Banyak gagal

Namun jumlah transaksi yang gagal dari proses M&A di Inggris juga meningkat tinggi setelah tiga pemilihan umum Inggris terakhir. Angka kegagalan M&A naik 47% pada tahun 2015.

Analis berpendapat, terlalu dini untuk menyebut konsekuensi pemilu bisa menurunkan terjadinya merger dan akuisisi. Sebab, Inggris diyakini masih memiliki daya tarik untuk M&A.

Pada tahun ini diperkirakan potensi M&A di Inggris meningkat 89% secara tahunan (year on year/yoy) dengan total nilai US$ 81 miliar. "Terlalu dini untuk menyebut konsekuensi dari pekan lalu. Inggris telah memiliki lingkungan yang relatif terbuka untuk M&A," kata William Rucker, Chief Executive Lazard UK.

Ketua M&A Global Bank of America Merrill Lynch menyebut, perusahaan AS masih sangat tertarik dengan perusahaan Eropa atau perusahaan Eropa di AS. Menurutnya, hubungan antara Inggris dan AS masih positif meski sempat terganggu.

Gambaran saja, transaksi merger dan akuisisi di Eropa naik 44% menjadi US$ 393 miliar di 2016. Namun, M&A di AS justru turun 14% menjadi US$ 499 miliar pada periode yang sama.

Sementara, merger dan akuisisi di seluruh dunia sepanjang tahun ini diperkirakan naik 3% menjadi US$ 1,4 triliun secara tahunan.

 

Editor: Rizki Caturini