Pemilu Prancis kian memanas



PARIS. Kursi perebutan calon Presiden Prancis kian memanas. Dukungan kepada calon Presiden Prancis Emmanuel Macron makin mengencang. Terbaru, Macron kini didukung oleh politisi senior dari Partai Gerakan Demokratik.

Peluang Emmanuel Macron menjadi presiden dari jalur independen juga kian terbuka. Rabu lalu (22/2) semisal, Macron resmi mendapatkan dukungan dari Francois Bayrou yang merupakan politisi senior dan mantan Menteri Pendidikan Prancis.

Bayrou yang telah tiga kali mencalonkan diri sebagai presiden mengaku akan mendukung Macron menghadapi pesaingnya Marine Le Pen. "Saya telah memutuskan untuk menawarkan Emmanuel Macron untuk beraliansi. Ada bahaya yang terlalu besar baginya, maka kami harus bersatu," kata Bayrou dalam konferensi persnya yang dikutip Reuters, Kamis (23/2).


Bayrou juga menegaskan keputusannya tidak mencalonkan diri sebagai presiden sebagai bagian dari pengorbanannya mendukung Macron. Asal tahu saja, Macron adalah mantan bankir dan merupakan pendatang baru dalam dunia politik.

Ia belum pernah mendapatkan jabatan politik terpilih namun sedang berusaha untuk mengatasi kesenjangan antara pihak kiri kanan dan klasik dalam politik Prancis. Macron disebut berpeluang menjadi Presiden Prancis ditengah skandal yang membelit kedua pesaingnya yakni Marine Le Pen dan mantan Perdana Menteri Francois Fillon.

Tentu saja, Macron menyambut hangat dukungan Bayrou. Dia juga menyebut Bayrou sangat pas dalam komitmennya atas pembaharuan dan kesatuan Prancis.

Ketat

Dalam jajak pendapat terbaru yang dikutip dari BBC, perolehan suara antara Macron dan Fillon terbilang ketat dan saling berkejaran. Mereka bersaing merebut posisi pertama dan kedua, serta diyakini bakal mengalahkan Le Pen dalam pungutan suara putaran pertama.

Pasca dukungan Bayrou ke Macron, suara untuk Macron bertambah dan mengalahkan Le Pen dengan komposisi masing-masing 61% dan 39%. Angka ini membuatnya mampu menyalip suara Fillon yang disebut sebagai calon kuat dengan komposisi suara 57% dan 43%.

Sejatinya, Macron memang diuntungkan dengan skandal yang membelit Le Pen dan Fillon. Le Pen saat ini tengah menghadapi tekanan politik. Ia dituduh oleh Parlemen Eropa menyalahgunakan anggaran US$ 359 untuk membayar gaji kepala staf serta asistennya di partai.

Le Pen membantah tuduhan tersebut dan yakin bahwa masyarakat Prancis dapat membedakan antara skandal asli dan hanya trik kotor dalam politik. Sedangkan Fillon terbelit skandal tentang pendapatan palsu istrinya.

Istri Fillon disebutkan bekerja sebagai asisten parlemen selama 15 tahun dan mendapat gaji ratusan ribu euro. Padahal, diketahui sang istri tidak melakukan pekerjaan tersebut.

Meski begitu, Fillon merasa bahwa hal tersebut sebagai dugaan yang tidak berdasar. Fillon bertekad bulat dan resmi maju mencalonkan diri sebagai Presiden Prancis.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie