Pemilu Presiden AS: Trump dan Harris Bersaing Ketat di Hari Terakhir Kampanye



KONTAN.CO.ID - RALEIGH, North Carolina/DETROIT. Pemilu presiden Amerika Serikat (AS) memasuki hari terakhir kampanye ,dengan Donald Trump dan Kamala Harris berlomba meraih keunggulan.

Meski banyak peristiwa mengejutkan terjadi beberapa bulan terakhir, pemilih tetap terbelah, baik secara nasional maupun di tujuh negara bagian kunci yang diperkirakan akan menentukan hasil pemilu ini.

Pemenang mungkin tidak akan segera diketahui hingga beberapa hari setelah pemungutan suara Selasa (4/11) besok.


Baca Juga: Wall St Berjuang Mencari Arah Seiring Meningkatnya Ketidakpastian Seputar Pilpres AS

Mantan Presiden Trump, 78 tahun, kandidat Partai Republik, selamat dari dua percobaan pembunuhan hanya beberapa minggu setelah juri di New York menghukumnya atas kejahatan sebagai mantan presiden AS pertama yang menerima vonis tersebut.

Di sisi lain, Wakil Presiden Harris, 60 tahun, menjadi kandidat utama Partai Demokrat pada Juli lalu setelah Presiden Joe Biden, 81 tahun, mundur dari pencalonan ulangnya.

Terlepas dari semua kegaduhan, persaingan tetap ketat, dan survei menunjukkan Harris dan Trump terus bersaing ketat sejak musim panas.

Lebih dari 78 juta suara telah diberikan dalam pemungutan awal, namun dua hari ke depan akan menjadi ujian krusial apakah kampanye Harris atau Trump dapat menggerakkan lebih banyak pendukung ke tempat pemungutan suara.

“Kemenangan ini milik kita,” kata Trump di hadapan ribuan pendukungnya di Raleigh, North Carolina, salah satu negara bagian yang diperebutkan.

Baca Juga: Lady Gaga Dukung Kamala Harris di Pensylvania Jelang Pemilu

“Jika kita semua keluar dan memilih, mereka tidak bisa melakukan apa pun.”

Sementara itu, Harris berkampanye di Pennsylvania, negara bagian kunci lainnya. Tim kampanye Harris meyakini skala mobilisasi pemilihnya akan memberi keuntungan.

Ketua kampanye Jen O'Malley Dillon mengatakan, "Kami merasa sangat baik tentang posisi kami saat ini."

Di pihak Trump, timnya fokus menghubungi pendukung yang jarang berpartisipasi dalam pemilu, bukan pemilih yang belum memutuskan.

Baca Juga: Desa Leluhur Kamala Harris di India Gelar Doa untuk Kemenangan di Pilpres AS

Klaim Kecurangan

Dalam kampanye terakhir sebelum pemilihan, mantan Presiden Donald Trump dan timnya kembali mengangkat isu bahwa kekalahannya di pemilu 2020 disebabkan oleh kecurangan.

Trump dan para pendukungnya telah menghabiskan berbulan-bulan untuk merencanakan tindakan lanjutan jika kalah, termasuk berjanji akan memberikan "pembalasan" jika terpilih dan menggambarkan Demokrat sebagai "musuh dari dalam."

Di sebuah rapat umum pada hari Minggu, Trump mengeluhkan celah pada kaca antipeluru yang mengelilinginya dan bergurau bahwa seorang pembunuh akan perlu menembak melalui media untuk mencapai dirinya, seraya menambahkan, "Saya tidak keberatan dengan itu."

Baca Juga: Dolar AS Turun ke Level Terendah dalam 2 Minggu Akibat Profit Taking dari Trump Trade

Sementara itu, Wakil Presiden Kamala Harris menggambarkan Trump sebagai ancaman bagi demokrasi. Namun, ia menyampaikan pesan optimis di gereja Detroit pada hari yang sama.

“Saat saya berkeliling, saya melihat rakyat Amerika, dari negara bagian yang disebut merah hingga biru, siap untuk membengkokkan sejarah menuju keadilan,” ujar Harris.

"Dan hal luar biasa tentang hidup di dalam demokrasi adalah, selama kita dapat mempertahankannya, kita masing-masing memiliki kekuatan untuk menjawab pertanyaan itu."

Survei Reuters/Ipsos di akhir Oktober menunjukkan bahwa ancaman terhadap demokrasi merupakan masalah terbesar kedua yang dihadapi negara, setelah ekonomi.

Trump percaya bahwa kekhawatiran tentang ekonomi dan harga-harga yang tinggi, terutama untuk makanan dan sewa, akan membawanya kembali ke Gedung Putih.

Setelah kampanye di Raleigh, Trump akan melanjutkan kampanye di Reading dan Pittsburgh di Pennsylvania serta Grand Rapids di Michigan.

Baca Juga: Dampak Pemilihan Presiden AS pada Ekonomi Indonesia Dinilai Relatif Minim

Kemudian, ia berencana kembali ke Palm Beach, Florida, untuk memberikan suara dan menunggu hasil pemilihan.

Harris akan berkampanye di lima kota di Pennsylvania, yang akan diakhiri dengan rapat umum di depan Museum Seni Philadelphia, di mana acara tersebut akan dimeriahkan oleh penampilan dari Lady Gaga, Ricky Martin, dan Oprah Winfrey.

Harris diharapkan menghabiskan malam pemilihan di Howard University di Washington, almamaternya yang juga merupakan perguruan tinggi untuk komunitas kulit hitam.

Pennsylvania adalah hadiah terbesar di antara negara-negara bagian yang diperebutkan, dengan menawarkan 19 dari 270 suara Elektoral yang dibutuhkan untuk memenangkan kursi kepresidenan.

Para analis pemilu AS yang nonpartisan memperkirakan, Harris membutuhkan sekitar 45 suara elektoral di atas negara-negara bagian yang diprediksi akan dimenangkannya untuk merebut Gedung Putih. Sementara Trump memerlukan sekitar 51 suara.

Selanjutnya: Kejagung: Ibu Ronald Tannur Suap Hakim Rp 3,5 Miliar Agar Anaknya Divonis Bebas

Menarik Dibaca: 11 Drama Korea Terbaru November 2024, Cek Jadwal Tayang The Fiery Priest 2 di Sini

Editor: Yudho Winarto