KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tidak sampai sebulan perhelatan pesta demokrasi akan segera dimulai. Tepat pada 17 April 2019 gong pemilihan umum (pemilu) akan dibunyikan. Kepastian politik yang jadi momok akan terjawab Mendekati puncak tahun politik ini, beberapa analis menilai akan ada positif dan negatif dari kedua calon pemimpin jika salah satu dari mereka terpilih. Namun, keamanan menjadi perhatian untuk pasar modal yang akan melaju positif Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International Harry Su mengatakan, di kondisi ini investor bisa menyikapinya dengan lebih defensif dan mengambil porsi kas lebih banyak menunggu kemungkinan yang akan terjadi hingga 17 April 2019 terlampaui.
Menurutnya, jika pasangan calon presiden nomor urut 01 akan terpilih kembali justru tidak akan berpengaruh banyak terhadap kondisi pasar modal. “Ya sudah priced in. Tidak ada kejutan,” ujar Harry kepada Kontan.co.id, Kamis (4/4). Lain soal jika calon presiden nomor urut 02 menang, menurut Harry kekalahan petahanan akan dianggap oleh banyak investor sebagai hasil yang tidak terduga dan dapat mengakibatkan reaksi negatif awal karena perubahan dan ketidakpastian yang berasal dari kebijakan baru. “Penurunan awal dalam harga saham dan obligasi dapat memberi investor kesempatan membeli di kondisi baik, dengan asumsi pemerintah baru dapat mewujudkannya ketika investor asing membandingkan agenda dan kebijakan Jokowi dan Prabowo,” ujar Harry. Menurutnya, mereka akan menemukan sedikit perbedaan dengan kandidat presiden menjadi populis dan nasionalis. Namun bagi mereka yang ingin melakukan lindung nilai terhadap kemungkinan gangguan di pasar yang mungkin timbul dari kemenangan Prabowo, mereka dapat menyimpan uang tunai atau memilih saham defensif. Adapun saham defensif yang bisa diperhatikan adalah PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA, anggota indeks
Kompas100 ini), PT Unilever Indonesia Tbk (
UNVR, anggota indeks
Kompas100 ini) atau PT Gudang Garam Tbk (
GGRM, anggota indeks
Kompas100 ini). Analis Royal Investium Sekuritas Wijen Pontus mengungkapkan secara historikal, indeks harga saham gabungan (IHSG) akan selalu naik di tahun pemilu. Ditambah dengan kondisi perekonomian Indonesia yang masih solid. “Saya yakin IHSG masih akan membukukan kenaikan hingga akhir 2019 ini,” ujar Wijen kepada Kontan.co.id. Pihaknya masih merekomendasikan sektor
consumer dan
poultry. Terlebih dari sisi valuasi mereka cukup murah. “Sehingga,
stock pick saya masih di
ICBP, anggota indeks
Kompas100 ini dan
JPFA, anggota indeks
Kompas100 ini. Analis lain banyak merekomendasikan saham konstruksi, tetapi kalau saya melihat harga saham konstruksi sudah cukup mahal saat ini. Saat ini, saya rekomendasikan
Sell On Strength untuk saham-saham konstruksi dan properti,” ujar Wijen.
Lebih lanjut, Selain dua sektor tadi, pihaknya melihat saham-saham komoditas seperti
ADRO,
INDY,
PTBA,
DOID akan menarik karena sudah
undervalued. Di samping itu, saham perbankan juga dilihat masih menarik seperti BBTN, BMRI, dan BBCA. Menurutnya jika ada perubahan pemimpin maka sebaiknya mulai merespon dengan ambil posisi kas lebih tinggi dan masuk ke saham defensif. “Target konservatif IHSG tahun ini 6.800. Jika pemilu berjalan aman, seharusnya IHSG masih bisa ke 7.000 untuk target optimistis,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto