KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Proses kampanye pada pemilihan umum (pemilu) kali ini berbeda dengan pemilu sebelumnya. Capres dan cawapres atau bahkan calon anggota legislatif lebih banyak aktif melakukan kampanye di media sosial. Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai, sebenarnya pola kampanye yang mulai aktif dilakukan di sosial media sudah terjadi pada pemilu 2014 dan 2019. Ini berbanding terbalik dengan pola kampanye 10 tahun lalu yang kerap kali mengadakan kampanye dalam skala yang besar dan intensif. Menurutnya, pola kampanye tahun ini lebih banyak dilakukan dengan menyediakan forum diskusi, dan dalam diskusi tersebut tidak mensyaratkan penonton menggunakan kaos atau atribut capres atau cawapres tertentu. Artinya, belanja untuk pembelian atribut kampanye juga minim.
Pemilu Serentak 2024 Dinilai Tak Dongkrak Belanja, Kontribusi ke PDB Minim
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Proses kampanye pada pemilihan umum (pemilu) kali ini berbeda dengan pemilu sebelumnya. Capres dan cawapres atau bahkan calon anggota legislatif lebih banyak aktif melakukan kampanye di media sosial. Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai, sebenarnya pola kampanye yang mulai aktif dilakukan di sosial media sudah terjadi pada pemilu 2014 dan 2019. Ini berbanding terbalik dengan pola kampanye 10 tahun lalu yang kerap kali mengadakan kampanye dalam skala yang besar dan intensif. Menurutnya, pola kampanye tahun ini lebih banyak dilakukan dengan menyediakan forum diskusi, dan dalam diskusi tersebut tidak mensyaratkan penonton menggunakan kaos atau atribut capres atau cawapres tertentu. Artinya, belanja untuk pembelian atribut kampanye juga minim.