Pemilu Timor Leste berjalan lancar



DILI. Proses pemungutan suara pemilu presiden Timor Leste yang baru saja ditutup pada Sabtu (17/3) sore waktu setempat, berlangsung lancar dan tertib.

"Semua berlangsung tertib tanpa ada penyimpangan atau intimidasi," terang Gonclaves Jamie, pengawas sebuah tempat pemungutan suara di sebuah distrik di Dili. Beberapa laporan menyebutkan warga yang memiliki hak suara telah memadati tempat pemungutan suara di berbagai wilayah negara itu, sejak Sabtu pagi.

Lebih dari 600.000 dari sekitar 1,1 juta warga Timor Leste terdaftar untuk memilih presiden mereka yang baru.


Ini adalah pemilu presiden kedua sejak negara yang berukuran kecil ini memutuskan terpisah dri Indonesia pada 2002 silam.

"Saya ikut mencoblos dan saya yakin negara saya akan makin damai, stabil dan makmur," ucap Mateus da Costa, lelaki berusia 54 tahun.

Walaupun posisi presiden di Timor Leste dalam hal ini yang menganut sistem parlementer tidak berwenang membuat kebijakan, posisi itu dianggap penting sebagai tokoh pemersatu untuk sebuah negara yang masih muda.

Putaran kedua

Sebelum pemilu pertama pada 2007 lalu, Timor Leste diguncang kerusuhan horizontal yang menewaskan sedikitnya 35 orang dan membuat sebagian warganya mengungsi.

Berbagai kalangan menganggap pemilu presiden kali ini penting, karena Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan menyudahi tugasnya akhir tahun ini dan menyerahkan tanggungjawab keamanan sepenuhnya kepada otoritas Timor Leste.

Empat orang tampil sebagai calon terkuat sebagai presiden, termasuk mantan komandan gerilya Taur Matan Ruak dan presiden saat ini Jose Ramos Horta.

Dua calon lain yang dianggap kuat adalah presiden partai Fretilin, Fransisco 'Lu Olo' Guterres dan presiden parlemen saat ini, Fernando de Araujo yang biasa dipanggil Lasama.

Lasama berada di tempat ketiga dalam pemilihan presiden putaran pertama tahun 2007 dan memberikan suaranya kepada Ramos Horta pada putaran kedua.

Bila tidak ada calon yang mendapatkan mayoritas dalam pemilu 17 Maret, putaran kedua akan diselenggarakan pertengahan April nanti.

Sejak 1975, Timor Leste tergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga digelarnya referendum yang disponsori PBB pada 1999. Tiga tahun kemudian, negara bekas koloni Portugis ini kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya.

Editor: