Pemilu usai, saatnya WIKA memburu kontrak baru



JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) harus kerja keras mendapatkan kontrak baru di tahun ini. Maklum, nilai kontrak baru WIKA masih jauh dari target. Hingga semester I 2014, WIKA hanya mengantongi kontrak baru Rp 6,7 triliun atau 25,95% dari target kontrak baru di 2014 sebesar Rp 25,83 triliun.

Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Steven Gunawan menilai, WIKA masih berpeluang mendapatkan banyak kontrak baru di semester II ini. Dia mengatakan, pencapaian kontrak baru di semester I termasuk wajar. Sebab pemilihan umum (pemilu) menyebabkan pemerintah banyak menangguhkan pembangunan infrastruktur.

Tapi Steven yakin, pada semester II, pencapaian kontrak WIKA akan jauh lebih tinggi dibandingkan semester I. Sebab, banyak kontrak pemerintah yang baru diberikan.  


Steven bilang, selama ini, WIKA selalu mendapat proyek pemerintah. Sayangnya, margin laba dari proyek konstruksi pemerintah kecil yakni 9%-10%. "Kalau dibandingkan PTPP yang banyak mendapat proyek swasta, margin WIKA lebih kecil," kata dia.

Namun, Analis Danareksa Sekuritas, Joko Sogie pesimistis, WIKA bisa memperoleh kontrak baru sesuai target. Sejak awal tahun, ia estimasi, kontrak baru di 2014 akan flat. Dia memproyeksikan, raihan kontrak baru WIKA sampai akhir tahun hanya Rp 18,6 triliun atau naik 5% dari 2013.

Untungnya, WIKA memperoleh proyek carry over tahun lalu Rp 24,4 triliun. Sehingga, Joko yakin, WIKA bisa mendapatkan pertumbuhan pendapatan 17% di tahun ini.

Selain itu menurut Steven, bisnis WIKA terdiversifikasi cukup apik. WIKA memiliki bisnis beton dan properti.Steven menilai, PT Wika Beton Tbk (WTON) gencar berekspansi baik di dalam negeri maupun luar negeri.

WTON bahkan menguasai pangsa pasar 35% di dalam negeri. WTON juga menyumbang pendapatan 30% dari total pendapatan konsolidasi WIKA. Menurut dia, margin laba produk beton cukup tinggi yakni 15%.

"Berbeda dari emiten konstruksi lain yang produk betonnya digunakan sendiri, WTON mempunyai pangsa pasar sendiri, sehingga memperoleh margin yang lumayan bagus," ujar Steven.

Menurut dia, tantangan WIKA saat ini adalah kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Kenaikan TDL akan lebih menekan margin laba WTON. Hitungan Steven, pendapatan WIKA tahun ini bisa naik menjadi Rp 15,1 triliun dengan laba bersih Rp 681 miliar. Tahun lalu, pendapatan WIKA Rp 11,88 triliun, dengan laba bersih Rp 569,93 miliar.

Kalau menurut Joko, WIKA diuntungkan kontribusi proyek minyak dan gas yang didapat di awal tahun. WIKA juga akan mendapat kontribusi dari pendapatan berulang proyek properti dalam lima tahun ke depan.

Joko memprediksi, pendapatan WIKA tahun ini sekitar Rp 13,94 triliun dengan laba bersih Rp 664 miliar. Price earning ratio (PER) WIKA di 2014 21 kali. Joko merekomendasikan, hold saham WIKA dengan target harga Rp 2.400 per saham.

Steven merekomendasikan, hold dengan target harga Rp 2.600 per saham. Harga itu mencerminkan PER tahun 2014 19,3 kali. Sementara Analis BCA Sekuritas Aurelia Amanda Barus menyarankan, buy di Rp 2.720 per saham. Kemarin, harga saham WIKA ditutup naik 1,83% menjadi Rp 2.510 per saham.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana